free counters


My site is worth $2022.1.
Berapa harga Blog/Web Anda?

WHO KNOWS, WHO IS ACTUALLY THE GREAT AND THE MOST TERRORIST IN THE WORLD ?

Senin, 03 April 2017

Serial Pak Rebby : Khutbah Idul Adha 2016

Tahun lalu Pak Rebby mendapat mandat menjadi Imam dan Khotib Sholat Idul Adha. Tugas yang tidak bisa ditolak, waktu itu. Beliau baru dua kali itu menjalani tugas menjadi khotib. Suasana yang jauh dari kesakralan seperti yang  diharapkan beliau, membuatnya berazam, sebisa mungkin di tahun-tahun mendatang tak lagi mengulanginya. Inilah nukilan text khutbah tersebut, yang diambil dari beberapa sumber :


Hadirin yang kami mulyakan dan dirahmati Allah.


Hari Raya Kurban yang pelaksanaannya bersamaan dengan ibadah haji, adalah ibadah yang penuh dengan makna, yang dipenuhi dengan simbol-2 ritual yang mengingatkan kita pada peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim as, Siti Hajar, dan Ismail. Sebuah ibadah yang penuh pengabdian, pengorbanan, pe-nyerahan, kepasrahan dan ketaatan diri kepada Allah SWT. Dari sekian simbol ritual ibadah haji, korban adalah simboli puncak dari rangkaian ujian berat yang dialami oleh Nabi Ibrahim untuk mengorban kan, menyembelih putranya Ismail. Dinamakan kurban karena momen “penyembelihan” oleh Nabi Ibrahim merupakan simbol untuk mendekatkan diri (qurban) kepada Allah SWT, Sang Pencipta, untuk menyerahkan segala yang dimiliki dan dicintainya.

Ma'asyiral muslimin rahimani warahimakumullah
Nabiyullah Ibrahim AS adalah contoh pejuang yang gigih dan penuh kesabaran dalam membimbing kaum nya ke jalan Allah SWT. Sekalipun berjuang cukup lama, namun beliau belum juga dikarunia seorang anak. Beliau sangat mendambakan seorang anak untuk melanjutkan keturunan dan perjuangannya.  Doa beliau pun diabadikan dalam Qur’an, yang artinya : Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS As-Shafaat : 100)
Allah pun akhirnya mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim, dengan mengkaruniakan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismail. Dalam QS As-Shafaat ayat 101, Allah berfirman yang artinya : Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang sangat sabar.
Namun buah hati yang didambakan dan dinantikan kelahirannya hingga usianya hampir 100 tahun itu ternyata diminta oleh Allah agar dikorbankan. Allah SWT memerintahkan untuk menyembelih Ismail sebagai termaktub dalam QS As-Shafaat 102, yang artinya :
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu !" ia menjawab: "Wahai bapakku, kerja-kanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Betapa goncang hati Nabi Ibrahim ketika menerima wahyu yang luar biasa beratnya ini. Tetapi wahyu itu adalah perintah Allah, perintah untuk menyembelih Ismail, buah hatinya. Konflik pun terjadi dalam batinnya. Siapakah yang lebih disayanginya ? Allah ataukah anaknya ? Anaknya ataukah Allah ? Mengikuti perintah Allah atau menuruti perasaan manusiawinya untuk menyayangi anaknya ? Nabi Ibrahim menghadapi dua pilihan yang sangat berat : mengikuti perasaan hatinya dengan “menyela-matkan  Ismail” atau mentaati perintah Allah dengan “mengorbankannya”. Dia harus memilih salah satu di antara dua. Jika saja yang diperintah-kan Allah adalah agar ia mengorbankan dirinya sendiri, maka hal itu mudah bagi beliau untuk menentukan pilihan. Walau demikian dengan ketegu-han hati, Nabiyullah Ibrahim as lebih mendahulukan perintah Allah dan mengorbankan rasa sayang pada anaknya.
Kilasan kisah di atas, memberikan tauladan kepada kita, bahwa saat perintah dan hukum Allah SWT datang, di manapun dan kapanpun, maka apapun harus kita korbankan. Bagi seorang mukmin, hukum dan perintah Allah harus di atas segala-galanya.
ALLOHU AKBAR ALLOHU AKBAR WALILLAHILHAAM
Ma'asyiral muslimin rahimani warahimakumullah
Dalam memahami apa dan untuk apa seorang muslim melakukan pengorbanan, mari perhatikan firman Allah di dalam Al Qur’an Surat At-Taubah ayat 24 yang artinya :
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Ayat di atas meletakkan keluarga, orang tua, saudara, harta, usaha bisnis, tempat tinggal dan tanah air,  pada satu sisi. Serta cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yakni beriman kepada Allah dan Rasul, taat kepada-Nya dan Jihad fi Sabilillah pada sisi lainnya. Idealnya adalah kita mendampingkan dua hal di atas yakni cinta pada orang tua, harta benda, istri, anak-anak, tempat tinggal dan tanah air dengan cinta kepada Allah dan Rasul. Tetapi jika dalam kondisi tertentu kita tak mampu menseja-jarkan keduanya, maka seorang muslim sejati akan mengutamakan taat kepada Allah, Rasul dan Jihad serta rela mengorbankan segala-galanya demi ketaatan kepada Sang Pencipta, Allah jalla wa azza.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa pengertian “ ... maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya .. “ dengan makna tunggulah adzab dan balasan yang akan ditimpakan kepada kalian. Adzab yang dimaksud adalah meliputi adzab di dunia dan di akherat.
Ancaman ini merupakan pertanda wajibnya mengor-bankan segala galanya untuk ketaatan kepada Allah. Jelaslah bahwa pengorbanan hanyalah dalam rangka ketaatan, dan karena itu "ismail” apapun yang kita miliki harus siap kita korbankan. Siapakah, atau apakah “ismail”kita itu ?
Ismail kita adalah setiap sesuatu yang melemahkan iman kita, setiap segala sesuatu yang menghalangi kita menuju taat, setiap sesuatu yang membuat kita hanya memikirkan diri kita sendiri, setiap sesuatu yang membuat kita tidak mau mendengar perintah Allah dan menyatakan kebenaran, setiap sesuatu yang memalingkan kita dari mensegerakan diri memenuhi panggilan Allah dan karenanya kita menunda-nundanya, segala sesuatu yang membuat kita mengabaikan amanah Allah, segala sesuatu yang membuat kita mengabaikan, meremehkan dan mengakali aturan Allah, segala sesuatu yang membuat kita malas belajar atau bekerja, setiap kenikmatan yang membuat kita terlena, setiap sesuatu yang menyebabkan kita mencari-cari ribuan alasan, ribuan dalih, untuk menghindari tanggung jawab. Bisa juga ismail kita  adalah sosok mukidi dg kekonyolan dan kebadungan ulah dan kisahnya, yg kehadirannya selalu kita tunggu-2, yg membuat kita  mampu berlama-2 memandangi layar HP  kita  sambil senyum-2 sendiri dan membuat bangga jika kita berhasil  nge-share ke BBM, Facebook atau ke group WA  kita. Maka korbankanlah “ismail”  kita  !
ALLOHU AKBAR ALLOHU AKBAR WALILLAHILHAAM
Ma'asyiral muslimin rahimani warahimakumullah
Lalu bagaimana upaya-2 kita agar kita mampu menumbuhkan jiwa berkorban ? Minimal hal-hal berikut harus kita hunjamkan ke dalam jiwa kita, dalam sanubari kita, agar kita memiliki jiwa berkorban :
Pertama, Meyakini aqidah Islamiyah dengan keyakinan yang jazm (pasti) disertai pengamalan nyata, tak hanya dalam ucapan belaka. Termasuk di dalamnya meyakini bahwa Allah lah Pemberi dan Pengatur rizki, Dialah Penolong. Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Bila kita yakini hal ini, maka hidup tak akan diliputi sifat pengecut dan bertindak curang. Jangan hanya karena ketakutan tidak mendapatkan proyek, bantuan, keuntungan, tidak mendapatkan upah atau gaji, jika tak bertindak curang, maka kita terus dengan tenangnya memalsu, mengarang-ngarang, mereka-reka dan memanipulasi data. Itu sama artinya kita tak meyakini betul, bahwa Allah Maha Pemberi Rizki, dan rizki masing-2 kita telah ditetapkan-Nya, jauh sebelum kelahiran kita ke dunia ini. Bila hal ini menghunjam di dada, niscaya seorang muslim tidak akan gentar menghadapi segala macam ancaman, tantangan dan hambatan serta memiliki jiwa pengorbanan yang tinggi dalam melaksanakan perintah dan hukum Allah.
Kedua, Memahami bahwa syariat/hukum Islam memastikan terwujudnya kebahagiaan bagi manusia secara keseluruhan. Namun syarat tercapainya kebahagiaan tersebut adalah taqwa kepada Allah, dan mengikuti hukum-2 Nya. Taqwa kepada Allah merupakan syarat kebahagiaan, artinya aturan Allah merupakan buah hati bagi orang yang bertaqwa. Oleh karena itu seorang mukmin bahagia dengan melaksanakan Islam. Bila hal ini dimilliki orang muslim, niscaya ia rela berkorban demi aturan Allah, karena di situlah letak kebahagiaannya. Sebab semua pengorbanan yang ia lakukan hanyalah untuk menggapai ridho Allah. Dan mendapatkan ridho Allah adalah kebahagiaan hakiki bagi seorang muslim.
Ketiga, menjauhi hubbud dunnya, yakni menghin-dari kecintaan yang berlebih pada harta benda dunia. Dan meyakini bahwa kehidupan akherat adalah jauh lebih baik dan kekal. Dan kehidupan yang sejati sebenarnya adalah kehidupan akherat. Jika kita kaum muslimin mampu menjauhkan diri dari kecintaan dunia ini, maka ketika Allah mengambil kembali apa-apa yang dititipkan kepada kita berupa harta, anak-anak, istri, jabatan, pangkat kedudukan bahkan raga dan nyawa kita, maka kita akan memiliki kepasrahan dan keikhlasan yang luar biasa. Juga ketika itu semua harus kita korbankan demi tegaknya kalimat Allah, demi menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, maka kepasrahan dan keikhlasanlah yang akan kita rasakan. Dan hal ini tidak pernah akan terjadi kepada mereka yang memiliki hubbud dunnya, terlebih dengan diikuti penyakit “karahiya-tul maut”, yakni takut akan mati. Satu penyakit mematikan yang karenanya Islam carut marut dan tercabik-cabik oleh bangsa-bangsa lain.
ALLOHU AKBAR ALLOHU AKBAR WALILLAHILHAAM
Ma'asyiral muslimin rahimani warahimakumullah
Dengan butir-2 pengertian di atas, yang sudah menghunjam di dada kita, akan membuat kita rela, senang hati dan menikmati pengorbanan dalam menjalankan perintah-2 Allah, dalam menegakkan kalimat-2 Allah, di segenap aspek kehidupan kita. Dan jiwa serta semangat berkorban seperti inilah yang sangat diperlukan dalam membangun bangsa ini. Semangat yang menggelora dari para Generasi Muda dan tua, untuk mengorbankan waktu dan kesenangannya, dalam rangka menuntut ilmu, dalam belajar, dalam bekerja, berkarya, dalam mengemban amanah, dalam membangun negeri, dalam mengejar ketertinggalan dari bangsa-2 lain yang sekian tahun lalu tertinggal jauh di belakang bangsa kita.  Semangat yang mendalam untuk menegakkan ajaran dan syariat Islam di negeri ini, dalam menghadapi Ghazwul Fikri dan Ghazwul Tsaqofi, perang pemikiran dan perang kebudayaan yang dilancarkan dengan gencar oleh agen-2 kufar barat di negeri-2 Islam termasuk di Indonesia. Betapa mereka dengan gencarnya menyusupkan melalui paham-2, ideologi, serta melalui teknologi dan menanamkan ajaran serta budaya-2 yang merusak mental serta menjauhkan generasi muda dari adat, etika dan norma-2 bangsa serta agama. Betapa generasi muda dan generasi tua dilenakan dengan game-2, wahana-wahana media sosial pembuang waktu, yang melenakan dan menyibukkan mereka dengan sesuatu yang sia-sia, remeh temeh, bahkan menjeru-mus pada hal-2 berbau seronok, tidak pantas, tabu dan porno. Terlebih bila yang terpapar virus-2 ini adalah seorang Guru yang notabene sebagai Agent of Change, Agen Perubahan bagi mental dan moral generasi penerus, maka tak bisa kita bayangkan, bagaimana kondisi republik ini sekian generasi mendatang. Na'udzubillahi min dzalik, tsumma na'udzubillah.
Ma'asyiral muslimin rahimani warahimakumullah
Akhirnya, marilah kita selalu berdoa semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan kepada kita, memberi petunjuk dan hidayah-Nya agar kita selalu memiliki semangat pengorbanan dan keikhlasan yang berkobar menyala-2 di hati kita, dalam segala hal, dalam segala kondisi, dalam kerangka ibadah, ketaqwaan, kebaikan dan “amal sholeh”. Semoga kita mampu mengorbankan ”ismail-ismail” kita untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, untuk menjalankan perintah-perintahNya seberat apapun dia, serta menjauhi larangan-larangan-Nya seberapa pun ringanya ia. 
Sabtu 8 Dzulhijja 1437  10 Sept 2016

0 komentar:

Posting Komentar

Slide

Picture Talk More Slideshow: Anang’s trip to Kabupaten Nganjuk (near Kediri), Java, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Kediri slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.
Anang Dwijo Suryanto. Diberdayakan oleh Blogger.

 
Powered by Blogger