free counters


My site is worth $2022.1.
Berapa harga Blog/Web Anda?

WHO KNOWS, WHO IS ACTUALLY THE GREAT AND THE MOST TERRORIST IN THE WORLD ?

Selasa, 28 Mei 2013

Doa Perpisahan Kelas IX 2013

Sebuah pesan pendek dari nomor baru, masuk malam itu. "njenengan besuk mimfin doa", begitu bunyinya. Maaf, ini siapa ya ? Balas saya. Eh ternyata Bapak KS. Jadi deh malam ini buat draft, sekalian "ekspresikan harapanmu"

Yaa Allah Yaa Tuhan kami
Yang Maha Rahman Yang Maha Rahiim, ...

Yang mengabulkan segala pinta dan doa, ...
Yaa Allah Yaa Aziiz Yaa Ghaffar, ... Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, …
Hamba yang hina, yang berlumur dosa ini memohon kehadirat-Mu Yaa Allah, ...
Memohon ampunanMu, atas dosa-dosa yang telah hamba lakukan, ...
Dosa karena telah meninggalkan perintahMu, ...
Dan dosa karena telah melanggar laranganMu, ...
Yaa Allah ... Ampunilah dosa kedua orang tua kami, ...
Baik yang masih hidup maupun yg sudah meninggal dunia.
Seberapa pun besar dan banyaknya dosa mereka.
Terimalah taubat kedua orang tua kami, Yaa Allah.
Sayangi dan kasihi mereka, sebagaimana mereka,..
mengasihi dan menyayangi kami,...

Yaa Allah Yaa Baasithu Yaa 'Aliim, … Yang Maha Melapangkan 
dan Maha Mengetahui, ..
Limpahkanlah rahmat, berkah, hidayah dan inayah-Mu kepada kami Yaa Allah, ...
Berilah kami, para orang tua dan guru-guru yang hadir di sini, ...
Kekuatan, kemampuan, ketrampilan, keahlian, kesabaran, ketawakalan, ...
Dan rasa tanggung jawab yang tinggi, ....
Dalam membimbing dan mendidik anak-anak dan anak didik kami, ...
Agar menjadi hamba-hamba-Mu yang soleh dan solehah,...
Yang ahli syukur dan ahli ibadah, yang memiliki sifat jujur dan amanah, ...
Yang ahli sholat, ahli ilmu dan ahli kebaikan, ...
Yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepadaMu Yaa Allah, ...
Yang berguna bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa, ...
Yang patuh dan taat pada-Mu,  pada Rasul-Mu dan pada kedua orang tuanya.

Yaa Allah, ...Yaa Wahhaab, Yaa Syakuur,..
Yang Maha Memberi dan Maha Mensyukuri,..
Berilah kami petunjuk dan hidayah-Mu, ...
Agar kami sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing mereka, ...
Senantiasa bersyukur dan sadar, bahwa profesi yang telah kami sandang ini, ...
Adalah karunia luar biasa yang telah Engkau berikan kepada kami, ...
Gaji tinggi serta TPP yang kami terima selama ini, 
sungguh suatu nikmat yang besar,..
Yang karenanya semoga senantiasa membuat kami bersyukur atas nikmat ini.
Syukur yang kami wujudkan dalam semangat, kinerja ..
dan tanggung jawab mengajar kami.

Yaa Allah, ... Yaa Raqiib, Yaa Muhaimin, ..  
Yang Maha Mengawasi lagi Maha Memelihara.
Hindarkan kami menjadi hamba-Mu yang kufur nikmat, Yaa Allah.
Yang mengabaikan tugas dan kewajiban kami sebagai guru, ...
Meninggalkan tugas mulia, penuh berkah dan berpahala ini, ...
Menelantarkan anak-anak didik kami, ... secara tak bertanggung jawab.
Untuk hal-hal remeh temeh bahkan bermaksiat kepada-Mu Yaa Allah, ...
Tanamkan rasa yang menghunjam ke dalam hati kami, ..
Bahwa profesi  guru ini adalah amanah besar dari-Mu ..
Yang kelak akan Engkau minta pertanggungan jawabannya.

Yaa Allah Yaa Haliimu Yaa Hafidz ...  Yang Maha Penyantun lagi Maha Menjaga, ..
Sungguh besar dan berat amanah sebagai seorang guru ini Yaa Allah, ..
Karena itu kami mohon kepada-Mu Yaa Allah, ...
Berilah kami kekuatan, berilah kami petunjuk dan hidayah, ...
Agar kami tak hanya mampu menuntut anak didik kami berbuat,..
bersikap dan berperilaku, ...
Namun kami mampu memberi contoh dan keteladanan kepada mereka, ...
Karena ribuan kata, nasehat dan slogan-slogan yang kami pasang di tiap sudut sekolah ini, ...
Tak kan berarti apapun, ... ketika kami tak mau & mampu memberi suri tauladan kepada mereka, .
Yaa Allah , ... Yaa Samii'u  Yaa  Mujiib, .. 
Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan
Tempat kami menyembah dan memohon, ...
Kabulkanlah apa yang menjadi doa dan harapan kami ini Yaa Allah ...

Aamiin aamiin aamiin Yaa Rabbal’aalamin....



Berpose dengan Meylin (Kelas IX B)











Read more »

Minggu, 19 Mei 2013

Kenakalan Remaja Versus Kenakalan Orang Tua

Read more »

Rabu, 15 Mei 2013

Paranoida Pasca Ujiano

Selesai mengawasi Ujian Sekolah hari itu, Pak Amir menerima sms dari seorang rekan Guru dari luar kota, bernama Siti.

Siti : Pulang Pak.
Amir : Masih ada acara koreksi hasil Ujian hari ini.
Siti : Koreksi betulan kah ?
Amir : Ya nggak lah. Koreksi badut-badutan. Bohong-bohongan.
Siti : Badut-2 an bagaimana ? Bukanx hasil Ujian memang betul2 dikoreksi ?
Amir : Iya sih, ..
Siti : Terus ?
Amir : Nilainya itu lho yang penuh rekayasa.
Siti : Dimanipulasi ?
Amir : Inilah momen Guru bisa bantu kelulusan siswa. Begitu katanya. Jadi hrs dimanfaatkan.
Siti : Caranya ?
Amir : Ya .. nilai harus diangkat. Dijunjung tinggi. Untuk Mata Pelajaran Nas (B.Indo, Ing, Mat, IPA) minim harus 85.
Siti : Lainnya ?
Amir : Untuk Mata Pelajaran lain : PAI, Pkn, IPS, dkk Minim 80.
Siti : Sama Pak, di tempatku juga begitu. Bedanya cuma di nilai minimalnya.
Amir : Nha, .. ini bagian yang paling konyol, memalukan dan memprihatinkan.
Siti : Bagian yang mana ?
Amir : Habis koreksi, dihantui paranoid yang berlebihan, berdasarkan hasil arahan dan musyawarah untuk mufakat maka ..
Siti : Diputuskan ...
Amir : Dikhawatirkan adanya cek antara nilai dan lembar jawaban siswa oleh pihak2 tertentu, maka ..
Siti : Ha ha ha .. ups ! Maaf ! Jawaban siswa diganti ! Ya kan ? Seperti di tempatku.
Amir : Yaps betul ! Ini bagian yg memalukan itu ! Memprihatinkan !
Siti : Jawaban siswa yg salah dibetulkan oleh korektor (Guru) disesuaikan dengan nilai gadungan, hasil rekayasa. Kejangkit penyakit proyek Pak ya ... ha ha ha !
Amir : Betul sekali. Dari 50 soal, jawaban siswa yg betul cuma 10, maka Guru harus merubah 30 jawaban siswa yg salah untuk bisa menjadi nilai 80 seperti yg diminta.
Siti : Murid2 jadi bagus2 nilainya. Mau dibawa kemana generasi kita, kalo Gurunya terjangkit penyakit kayak gini ya ?
Amir : Ya nggak usah dibawa kemana-2. Biarkan aja di tempatnya.Wong ini selain digerakkan hati nurani niat membantu siswa, mungkin karena juga tuntutan ...
Siti : Menurutku gak perlu ada ujian. Percuma ! Buang2 waktu, tenaga dan biaya.
Amir : Iya. Tapi gak apalah, lumayan ini tadi dapat Rp. 270.000.
Siti : Kalo aku dapet Rp. 291.000.

Article Facelim 25 Maret 2013, By Anang Dwijo Suryanto



Read more »

Selasa, 14 Mei 2013

Puisi Persembahan

Baiklah para hadirin, ... acara selanjutnya adalah persembahan puisi untuk siswa-siswi kelas IX, dari Bapak Anang Dwijo Suryanto, ....
Kepada Yang terhormat Bapak Anang Dwijo Suryanto, kami persilahkan ...

Terima kasih, kepada pembawa acara yang telah memberikan waktu kepada saya.

Hadirmu ......

Seribu lima puluh satu hari yang lalu, ...
12 Juli 2010, ...
dalam keluguan , ...
dalam kepolosan, ...
Kalian hadir, ...
teriring rasa bangga, ...
dan bahagia orang tua, ...
Seiring semangat, ... motivasi ...
dan harapan mencuat ...
mendulang ilmu, ...
yang berkah dan bermanfaat, ...

Tapak kaki waktu pun, ..
berjalan pasti, ...
menghias langkah mulia, ...
menggapai wahana, ..
tuk meraih asa dan cita muliamu, ...
Masa demi masa,..
di sini, ..
di bangku putih birumu, ...
kau hias, ..
dengan aneka ulahmu, ...
Lucu, ...
Menggemaskan, ...
Membanggakan, ...
Menjengkelkan, ...
Memprihatinkan, ...
Semua membaur, ...

Ah, ... tak terasa, ...
Waktu itu, ...
waktumu berulah, ...
waktumu berekspresi, ...
waktumu mengukir prestasi, ...
waktumu menempa diri, ...
waktumu menoreh warna indah, ..
karakter mentalmu, ...
dalam dekap hangat, ...
kasih sayang, ... dan ...
kepedulian guru-gurumu, ...
akan berakhir kini, ...
Jujur, kami pun sedih anak-anakku, ...
Tapi kami jauh lebih sedih, ...
Jika kalian harus tetap di sini.

Anak-anakku, ...
Siswa-siswi kelas IX, ...
Kami yakin, ...
dalam merengkuhmu, ..
mendidik dan membimbingmu, ...
Selama tiga tahun ini, ...
Tak semuanya ....
mampu kami lakukan, ...
dengan semestinya, ...
Ada kalanya, ...
kami tak ikhlas, ..
kami tak tulus, ..
kami tak semangat, ..
kami tak bersungguh-sungguh, ...
Terlebih,..
Kami tak mampu, ...
memberi keteladanan, ...
yang harusnya kaudapatkan, ...
Dan hanya mampu menuntutmu !

Saat kami hardik kala kau terlambat, ...
kami justru tak segera masuk kelasmu, ..
ketika waktu mengajar itu tiba.
Saat kuhukum kau, ...
ketika tak mengerjakan PR
justru kami meninggalkanmu, ...
tanpa ijin, tanpa tugas, ..
yang kami berikan untukmu, ...
Saat kau bicara kotor, ..
justeru kami umpat kau, ...
dengan kata-kata yang jauh lebih kotor, ..
di depan mereka, ...

Untuk itulah semua, ...
anak-anakku, ...
Kami mohon maaf, ...
Ambillah yang baik dari kami, ...
Contohlah yang baik dari kami, ...
Tinggalkan yang jelek, ...
Dan jangan menjadi benci, ... karenanya, ...
Karena kami pun,..
juga manusia biasa, ...
yang penuh khilaf, ...
salah, ... dan dosa, ...

Doa kami Bapak Ibu Gurumu, ..
mengiring langkahmu, ..
menggapai harapan, ...
menyongsong masa depan, ..
yang semakin penuh tantangan, ..
godaan dan cobaan ...
Teruslah semangat, ...
dalam berkarya, ...
beramal mulia, ...
dan berprestasi, ...
Kami yakin, ...
kalian mampu !
Dan semoga juga, ...
MAU !




Read more »

Senin, 13 Mei 2013

Kisah di Sisi Lain Ujian SD 2013

Sabtu 4 Mei 2013

Waduh bingung saya Bu Isye, ...
Kenapa bingung Bu Romlah ?
Ini lho, anak saya Lira besok ujian SD.
Koq bingung memang kenapa Bu ? Bukannya anak Ibu ada les di sekolah ?
Iya sih Bu Isye, bahkan di rumah juga saya kursuskan .. Tapi tetep saja saya khawatir.
Ya udah, kita doakan aja lah Bu ..
Kalo bisa seperti kakaknya dulu sih saya nggak khawatir Bu Isye ..
Emang kakaknya dulu gimana Bu ?
Kan dikasih jawaban sama gurunya Bu !
Ooo gitu yaa ? Enak dong kalo gitu.
Makanya itu saya khawatir, jangan2 gurunya udah gak mau lagi ngasih jawaban karena takut jadi kasus dan masuk berita. Kalo Smarty anak Ibu gimana Bu ? Gak masalah ya, karena dia kan anak yang pinter dan selalu ranking.
Yaa Alhamdulillah Bu, .. saya tinggal doakan aja.

Senin 6 Mei 2013, sore usai Ujian SD
Walah Bu Isye, tiwas saya bigung gak karuan, ternyata Lira dan teman-temannya mendapat jawaban dari gurunya koq waktu ujian tadi !
Lho koq bisa Bu. Gimana caranya ?
Menurut Lira sih, ada yang melempar kertas kecil dari luar jendela, yang ternyata jawaban, terus bergantian dicontek oleh anak-2 satu ruangan.
Memang pengawasnya nggak tahu Bu Romlah ?
Ya tahu sih Bu Isye, cuman ya pura-2 ndak tahu. Kalo di sekolahan Smarty gimana Bu Romlah, apa juga dikasih jawaban sama gurunya ?
Iya, ... sama Bu Romlah,.. cuma anak saya nggak mau ikut. Malahan anak saya sempat dipesan gurunya untuk membantu memberi jawaban teman-2 nya yang lain. Dan temannya dipeseni untuk bertanya pada Smarty.
Ooo ... gitu ya ...

Selasa 7 Mei 2013, siang usai Ujian SD
Bu Isye, Bu Isye sini Bu ...
Ada apa Bu Romlah, ... ?
Ketiwasan Bu, ... !
Ketiwasan gimana sih Bu ?
Ini lho, .. hari ini, pas Ujian kedua, ternyata anak-anak nggak diberi jawaban lagi sama gurunya !
Lho koq ... ?
Iya gara-gara kemaren habis ujian anak-anak berteriak "Nanti malam kita gak usah belajar saja ! Kan besok diberi jawaban lagi sama Bu guru !" Ternyata guru-2 nya marah dan mengancam "Besuk tidak akan diberi jawaban lagi, kalo kalian gak belajar", begitu kata Lira anak saya. Dipikir anak-2, itu hanya gertakan saja Bu Romlah. Eh ternyata beneran ! Padahal anak saya sudah terlanjur nggak belajar, menggantungkan pada jawaban dari gurunya.
Lha Njenengan sendiri apa nggak nyuruh Lira tetap belajar to Bu Romlah ? Enggak sih Bu Isye ... pikir saya percuma, ngapain pake belajar kalo nanti dikasih jawaban sama gurunya. Lha kalo di sekolah Smarty ada cerita apa Bu ?
Tadi Smarty cerita kalo dia dapat jawaban khusus Bu ..
Lho koq jawaban khusus maksudnya gimana Bu ? Terus koq tau kalo khusus untuk Smarty Bu ?
Lha wong kata teman-temannya begitu. Dan ternyata di lembar kertas itu memang ada tulisan "Khusus Smarty". Saya sendiri juga nggak tahu apa maksud gurunya memberi jawaban khusus.
Mungkin begini Bu Isye, .. Smarty kan pinter, lha sekolahan pinginnya nanti Smarty menjadi siswa peraih Nilai tertinggi di Kabupaten, kan nama sekolahan menjadi terkenal, makanya diberi jawaban yang dari pertanyaan yang sulit-2 yang diperkirakan anak Ibu nggak bisa mengerjakan. Supaya nanti dapat nilai bagus dan sempurna. Terus anak Ibu juga mencontek jawaban itu ?
Ah ada-ada saja Bu Romlah ini ! Tapi masuk akal juga ya Bu ? Alhamdulillah anak saya tetap nggak mau Bu, ..
Read more »

Senin, 22 April 2013

Saya Ingin Berhenti dari Jabatan ini Pak !

Sepulang sekolah siang itu, seperti kebiasaan jika sedang ada sesuatu yang luar biasa dan ingin segera diceritakan, usai memarkir SupraFit nya, istri saya bercerita dengan penuh semangat dan serius tentunya, tentang bagaimana susahnya dia meyakinkan Kepala Sekolahnya agar tidak dipasang sebagai pejabat struktural tahun mendatang. Saat ini sudah tahun ketiga dia menjabat Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum. Pos yang memiliki ritme pekerjaan yang tinggi dan banyak, dan juga sebagai tolok ukur berhasilnya kegiatan di sekolah, selain Urusan Kesiswaan.

Tak jarang saat saya bangun tengah malam dia masih berkutat di depan laptopnya. Dengan kondisi fisiknya yang tidak tahan kelelahan terus terang saya sangat kasihan melihatnya. Ketika saat yang dinantikan selama ini tiba, yakni menyampaikan keinginan untuk istirahat dari menjabat Wakil Kepala Urusan Kurikulum kepada Kepala Sekolah, dia mengutarakan hal itu pada pimpinannya. Namun berbagai alasan mulai dari capek, regenerasi/kaderisasi karena dia bukan satu-satunya guru di sekolahnya melainkan masih ada banyak guru yang lain, ingin lebih fokus pada mengajar karena sebagai Guru Potensial Profesional dengan Prestasi Gemilang, maka tenaga & pikirannya sebenarnya lebih bermanfaat di dalam kelas, dibanding ngurusi masalah manajemen & administrasi kurikulum, karena dengan tugas tambahan itu sedikit banyak akan mengganggu kegiatan mengajarnya. Sampai pada alasan yang prinsip pun, Sang KS entah karena kepicikan atau ketakutannya bahwa tidak ada yang mampu mengemban tugas itu selain anak buahnya yang sekarang duduk di pos itu, atau karena alasan lain yang tidak diketahui istri saya, tetap tidak mau mengabulkan dan tetap memasang di Urusan Kurikulum, meski menjadi Asisten.

Memang dalam banyak hal seorang pemimpin tidak mau spekulasi memasang para pembantunya. Namun jika hal ini tak dirombak maka akan sulit dilaksanakan kaderisasi. Sehingga tak jarang ada guru yang menjabat Wakil Kepala hingga 6 sampai 8 tahunan. Sementara itu dengan kapasitas, kompetensi, loyalitas yang sama ditambah mungkin ambisi yang dipendam, guru yang lain tidak pernah menduduki jabatan ini. Jeleknya, ketika Sang KS ngotot mempertahankan, kemudian tak lama dia dimutasi atau lengser dari jabatannya, dan KS yang baru tidak mau juga ambil resiko dengan mengganti para pembantunya, maka lengkaplah sudah keharusan sang Guru tersebut bercokol di jabatan tersebut. Kalaupun ada perubahan kadang hanya pada pos yang didudukinya saja. Fenomena ini persis seperti yang terjadi di level tertinggi sana. Ketika ketidak percayaan pada anak buah akan kompetensi dan loyalitasnya, ketika mereka merasa betapa sulitnya mencari orang pandai di negeri ini yang sesui dengan bidang dan keahliannya, maka yang terjadi adalah, jika di periode sebelumnya menjadi menteri keuangan, di periode berikutnya menjadi menteri pendidikan, di periode berikutnya lagi menjadi menteri perindustrian. Atau seorang dokter gigi menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan misalnya. Betul-betul fenomena aneh tapi nyata.
Read more »

Rabu, 27 Maret 2013

Obah Polah Opah

Membaca Biografi Trimarjono SH (Alm), Birokrat handal Jawa Timur, Perwira TNI AL yang menjabat Sekda Jatim selama 4 pejabat Gubernur berbeda, Ketua DPRD Jatim dan Wakil Gubernur Jawa Timur, yang kebetulan berasal dari kampung yang sama, sungguh membuat hati ini tertegun, salut dan respect luar biasa akan kedisiplinan beliau. Disiplin dalam segala hal. Salah satu Motto beliau adalah "Obah iku owah, Owah iku makarti" yang artinya kurang lebih "Bergerak itu untuk perubahan. Perubahan itu hanya bisa diwujudkan dengan berkarya". Karena motto hidup yang luar biasa inilah, banyak gebrakan, terobosan dan inovasi dilakukan beliau saat menjadi pejabat (birokrat). Tentu motto tersebut dijalani dengan prinsip tekun, ulet dan ikhlas.
Sungguh nampaknya sebuah motto yang cukup bertolak belakang dengan motto yang sering kita dengar "Obah Polah". Angger obah yo kudu diopahi. Tiap aktifitas/kegiatan yang dilakukan harus ada upahnya. Prinsip buruk inilah yang di ranah pendidikan dicoba dihilangkan, terkait penggunaan dana BOS. Regulasi dan petunjuk penggunaan dana BOS berimplikasi pada beberapa pos kegiatan yang dulunya boleh/bisa dibiayai dengan dana BOS, sekarang tak bisa lagi. Dan sosialisasi pun gencar dilaksanakan. Tentu saja ini menimbulkan gejolak cukup serius bagi kalangan guru yang selama ini terbiasa setiap melakukan satu kegiatan memang diupahi (diberi upah, HR). Padahal sebenarnya kebijakan pemerintah ini logis dan masuk akal. Karena kegiatan-2 tersebut sebenarnya dilakukan pada saat jam-jam kerja, di mana untuk itu mereka sudah digaji bulanan. Bagi guru yang seperti ini, akhirnya mempengaruhi kinerjanya. Ini yang harusnya tidak boleh terjadi.
Read more »

Selasa, 26 Maret 2013

Curhat Sang Pendosa

Alhamdulillah Yaa Allah, ...
Telah Engkau beri jalan terang arah petunjukMu.
Deraan ujianMu ini nyaris tak mampu kuhadapi, ..
Begitu berat, luar biasa menyiksa dan mendilema.
Aku tahu pasti Yaa Allah, .. 
Engkau murka ini aku lakukan.
Bila rasa ini tak kuhalau.
Harusnya ketika ini terjadi,..
Aku lebih mendekat ke arah-Mu. 
Memohon hidayah dan Petunjuk-Mu
Namun apa yang kulakukan ? Aku malah semakin menjauh.
Menjauh dari-Mu Yaa Allah ...
Tepuk girang setan-2 jalang yang kau laknat,..
senantiasa mengiring tutur laku, mengiring nafsu liar, ..
yang kubiarkan ini.
Telah kucoba menjauh semampuku.
Namun ketika pesona itu menggoda, ...
dan menari-nari di titik lemah imanku, ...
Aku tak kuasa, ... atau ??
Aku tak ingin kuasa menolak itu semua.
Alih-alih menolak getaran-2 membuncah yang melenakan, ..
yang membawa kenikmatan surgawi semu yang menipu, ..
Aku malah menikmati ini semua ...
Yaa Allah .. Yaa Rakhiim ..Sungguh kasihmu meliputiku, ..
Sungguh aku hamba-Mu yang tak tahu malu dan tak tahu diri.
Di saat Kau curahkan rahmat-Mu, ..
Kau taburi aku dengan segala nikmat dan karunia-Mu, ..
Justeru kuinjak dan kuterjang larangan-Mu.
Hamba memang nyata telah durhaka kepada-Mu Yaa Allah, ..
Namun nyata kurasakan kasihmu senantiasa menyelimutiku
Kau angkat aku dari lubang lumpur itu, akhirnya, ...
Namun aku yang nakal ini, masih juga, ...
mengecipakkan kaki dan jemari tangan ini, ...
di kubangan kotoran pekat dosa itu.
Yaa Allah, .. beri petunjuk dan Hidayah-Mu..
Agar aku mampu berurai air mata, ...
menangisi dosa yang telah kuperbuat, ...
Dan tak mengulanginya lagi.
Beri aku kekuatan dan hidayah-Mu, ...
agar aku mampu menundukkan pandanganku, ...
pandangan penuh syahwat hewani dan syaithoni, ...
Jauhkan aku dari memandang dia, ...
yang selalu menghantui, ... yang terpatri di tiap sudut, ..
apa yang terlintas di penglihatanku.
Bimbing dan tuntun aku Yaa Allah, ...
Menghalau hadirnya, ...
selalu dan selalu ...
Menggantinya dengan "Segala Kemaha Kuasa-Mu" ...
selalu dan selalu  ...
Selamanya, ....
Read more »

Jumat, 08 Maret 2013

Facelim

Read more »

Senin, 04 Maret 2013

Ujian Nasional 2013 Bersih & Jujur dengan 20 Paket Soal

Prediksi saya 2 atau 3 tahun yang lalu, pada saat paket soal Ujian Nasional berubah dari 2 menjadi 5, maka sangat mungkin perkembangan berikutnya, variasi paket soal menjadi 20 dimana setiap peserta ujian mengerjakan paket soal yang sama sekali berbeda, .. sekarang di tahun 2013 ini, terbukti. Inilah salah satu langkah nyata pemerintah untuk menutup total kecurangan pelaksanaan Ujian Nasional. Bahwa Ujian Nasional harus benar-2 bersih dan jujur seperti motonya, dan memang langkah ini terbukti sangat ampuh, karena sesama siswa dalam satu ruang tidak akan bisa bertanya satu dengan yang lain, karena beda soalnya. Tapi entah lagi jika aturan dilarang membawa HP diabaikan. Demikian juga dg guru yang tidak bertanggung jawab, tidak akan bisa membantu memberikan jawaban pada siswanya, seperti yang bisa terjadi pada saat paket soal hanya 1, 2 atau 5.
Dalam hal pada saat pelaksanaan Ujian Nasional memang benar guru tidak bisa membantu siswa dalam konteks & koridor "kecurangan". Namun dalam hal membantu kelulusan, peluang itu masih sangat-2 terbuka. Dengan model kriteria seperti sekarang, dan dengan modal 40% yang diberikan oleh pemerintah, sekolah masih tetap mampu meluluskan 100% siswanya. Model pelaksanaan UN dengan paket 20 soal bisa dipastikan berjalan sepertinya maunya pemerintah, yakni bersih dan jujur. Namun di sisi lain akan memunculkan kecurangan baru, ketidakvalidan nilai, mark up nilai, layaknya mark-up anggaran di proyek-2 yang sudah sangat transparant itu.
Dengan diperhitungkannya nilai Raport kelas semester 3, 4, dan 5 (kelas VIII semester ganjil genap, kelas IX semester ganjil) sebagai komponen nilai yang menentukan kelulusan, membuat sekolah mengharamkan nilai rendah bagi siswanya untuk 4 Mata Pelajaran Emas (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA). Nilai minimalnya harus maksimal, agar tidak rawan tidak lulus saat kelulusan nanti. Terjadilah perang batin dan makan hati bagi guru-2 profesional  yang konsisten, karena harus memberikan nilai yang tidak menggambarkan kemampuan siswa, yang jauh melambung melampaui batas kemampuan siswa sebenarnya. Namun bagi guru yang sangat humanis, manusiawi, dan sedikit agak EGP, cukup akan berkata begini, "Lha wong nilai ora kulakan wae koq. Ngono wae koq repot" ("Nilai nggak beli aja koq).
Adapun untuk nilai Raport Kelas IX semester ganjil, di beberapa kasus, nilai tersebut tidak segera secara fix dimasukkan ke dalam Buku Raport, saat dibagikan, melainkan dituliskan di selembar kertas yang biasa disebut Raport Sementara. Hal ini sangat terkait dengan simulasi kelulusan yang dibuat oleh sekolah. Dalam simulasi, komponen-2 nilai yang menentukan kelulusan siswa diolah. Ketika diprediksi berdasar hasil olahan nilai, jika seandainya si A dengan nilai UN sangat minim hasilnya tidak lulus, maka diupayakan nilai raport disesuaikan agar siswa menjadi lulus. Sehingga bisa saja terjadi nilai Mata Pelajaran Bahasa Inggris hasil Ujian Nasional 2 koma sekian, tapi nilai Sekolah nya 9 koma sekian.
Tragisnya, umumnya yang dilihat & diperhitungkan adalah siswa-2 yang nilainya kurang saja, meski kadang dalam keseharian siswa tersebut memang betul-betul tidak mampu & tak jarang dari kalangan "trouble maker". Ketika dalam Ujian Nasional yg juga mengandung unsur spekulatif itu, ternyata siswa yg kemampuan kesehariannya rendah & dari kalangan "trouble maker" tadi justeru ternyata mendapat nilai yang bagus, maka yang terjadi adalah siswa tersebut bisa menjadi the best dalam kelulusan dan mengalahkan siswa-2 berprestasi yg seringkali mendapat posisi ranking 1 atau 2 pada waktu-2 sebelumnya.
Dalam hal mark up nilai, maka terjadi juga pada saat Ujian Sekolah, baik ujian Praktik ataupun Tulis. Bukan menjadi rahasia lagi, bahwa "kurs nilai ujian" menjadi sangat-2 jatuh. Tidak ada lagi nilai di bawah 80 misalnya. Dan guru pun dibuat tertawa sendiri dengan hasil nilai yang diperoleh siswa. Bombastis ! Luar Biasa ! Lucunya, banyak nilai yang miskin variasi. Ada satu Mata Pelajaran misal, yang variasi nilainya hanya terdiri dari 3 atau 4 variasi nilai. (misal, 84, 86, 92). Sambil mengelus dada, mereka berkata dalam hati, "Ah, ... sayang ... biaya yang mahal untuk Ujian ini seperti tak bermakna, ... Ujian Sekolah hanya sekedar formalitas saja ... "
Lalu harus bagaimana ? Tak perlu Ujian Nasional ? Tak perlu Ujian Sekolah ? Bukan ! Bukan itu masalahnya ! Ujian Nasional mungkin perlu ! Tapi kesaktiaannya janganlah sampai membuat vonis Lulus Tidaknya siswa. Jika memang tujuannya untuk mengukur standart mutu pendidikan, mungkin bisa dilakukan secara insidental. Jangan jadikan patokan lulus tidaknya siswa. Biarlah sekolah menentukan kriteria kelulusan sendiri, sesuai dengan kondisi riil kemampuan siswa yang ada di masing-2 daerah yang tentu sangat berbeda. Jangan hanya diberi saham 40% yang secara fakta mungkin itu masih sangat kurang untuk daerah-2 minim dan terpencil. Sudahlah, berikan saja saham yang 100% seluruhnya itu kepada mereka. Untuk Ujian Sekolah, dengan sekolah menentukan kriteria sendiri tanpa campur tangan pusat, sekolah tidak akan "bersusah payah" mengupgrade nilai hasil ujian, karena kriterianya sudah disesuaikan dengan kemampuan nyata siswa di sekolah tersebut. Jadi tidak perlu ada ketakutan siswa banyak atau bahkan "ada" yang tidak lulus.


Read more »

Selasa, 26 Februari 2013

No TV at all ? Bisakah ? (Final)

TV si kotak ajaib memang sungguh ajaib dan mampu menyihir siapapun yg melihatnya. Tak terkecuali saya. Program acara yg paling menjadi favorit & melenakan adalah Film. Menyadari ketidak mampuan mengontrol diri dalam terbuai acara TV & sadar atas madharat sebagai mana yang pernah saya tulis di Buletin Al-Istinar, maka jauh sebelum membina keluarga (semoga menjadi keluarga yg samawa) saya telah bertekad jika nanti memiliki keluarga, tidak akan ada TV di rumah.
Namun seiring rasa sayang kakek pada cucunya, TV 29' pun akhirnya menghiasi sudut rumah, juga. Dan melihat TV menjadi salah satu agenda acara di rumah. Tak jarang bila tengah malam terbangun & tak bisa tidur lagi, hati tak lagi tergerak mengambil wudhu & menggelar sajadah. Namun justeru ambil remote dan mengikuti acara TV, yang sampai jam berapapun tersedia. Jadilah bermunajah pada sang kotak setan sihir ajaib ini, menghiasi malam-malam bahkan dari sepertiga malam yg mestinya sangat mulia.
Mbak Nuzi, sang kakak, jika sudah berada di depan TV, seperti anak linglung yg tersihir dengan abai & tidak peduli dengan lingkungan. Ketika ditanya, pasti jawaban dari pertanyaan akan diawali dg kata "ha ?" atau "he ?". Hauzan si kecil pun sudah mulai punya acara kegemaran. Tak jarang pada saat nonton TV berebut acara dg kakaknya. Jangankan si kecil dg kakaknya, Ayah dg anaknya saja sering beradu mulut dalam memperebutkan acara kegemaran masing-masing. Akan halnya ibunya, Alhamdulillah tidak maniac sama sekali terhadap TV dg segala acara yg sedang dilihat oleh anak atau suaminya.
Hingga pada suatu ketika  ... terjadi suatu hal yang membuka mata saya, mengembalikan tekad saya untuk tidak ada TV di rumah, bahwa betapa berbahayanya jika keberlangsungan keberadaan TVdi rumah ini saya pertahankan. Bagaimana tidak, jika seorang kakek yang tentunya sangat menyayangi cucu-cucunya dan harusnya sangat bahagia ketika cucunya berkunjung ke rumah sang eyang, sang cucu harus menangis sejadinya karena harus berebut acara TV dengan kakeknya, dan tentu saja sang kakek yang menang. Luar biasa bukan, daya pengaruh TV ? Atas kejadian ini pun, maka saya bulatkan tekad meniadakan TV di rumah. TV pun saya bawa ke ruang kantor saya. Ada memang komplain dari anak-anak dan ibunya, mengingat sang ayah bukanlah pemilik dari TV tersebut. Tapi demi kebaikan semua, keputusan tetap saya ambil. Namun hari-hari tanpa TV yg sebenarnya mampu kami lalui, tak berlangsung lama ketika bude nya anak-anak menghibahkan sebuah TV untuk si kecil. Mulailah kami asyik dengan acara TV lagi. Waktu-2 di rumah lebih akrab di depan si layar ajaib ini. Anak-2 merasa tak lagi butuh teman bermain. Semuanya sudah terwakili oleh si TV ini. Kembali muncul keninginan mengembalikan niat mulia semula. No TV at home. Tindakan frontal pun saya ambil dengan memotong kabel antene TV. Saat si Kakak menyalakan TV dan ternyata tidak muncul gambar seperti biasanya, mulailah dia panik, geram, marah jadi satu. Meski secara halus argumen disampaikan, tak juga sang Kakak yg waktu itu duduk di kelas IV atau III SD, bisa menerima. Seperti bayi yang "disapih", berhenti dari minum ASI, sang Kakak terlihat stress, blingsatan, marah, putus asa. Hingga nekat bermaksud menyambung sendiri kabel antene yang terputus. Hampir-2 hati ini luluh dg kondisi anak yg demikian. Tapi tekat yang kuat mengalahkan rasa iba di hati.
Butuh waktu cukup lama memulihkan kondisi batin anak akibat "disapih TV". Namun usaha kami membawa hasil juga. Anak-2 dan juga Ayahnya, sudah mulai terbiasa hidup tanpa menonton TV, di rumah, hingga saat ini. Dan ketika Ikatan Orang Tua Wali Murid di SD anak saya mengadakan Program "Matikan TV saat jam anak belajar", saya pun didaulat menjadi nara sumber dari pengalaman upaya "No TV at all di Rumah". Serta diminta menulis artikel dalam Rubrik Pendidikan di Buletin Sekolah Al-Busyro, yang juga saya posting di blog "TV Si Kotak (Setan) Ajaib". Semoga tekat ini menjadi salah satu upaya menghindarkan terkontaminasinya pikiran dari hal-hal yang tidak diharapkan. Kalau untuk "NO internet", Mas Topek, .. nantinya kita nggak bisa komunikasi lagi dong ?? Kan saya belum diberi nomer HP nya Mas Topek ?? Iya kan Kak Nhinis ?

Read more »

Kamis, 21 Februari 2013

Hebatnya Pejabatku

Entah apakah hanya di Indonesia saja, .. para pejabat yang menempati pos-pos penting itu sering kali seperti kutu loncat. Artinya, dengan latar belakang, apakah itu pendidikan atau apapun, sering kali di banyak kasus, usai menempati satu pos kemudian pindah atau dipindah ke pos yang lain yang kadang tidak terkait sama sekali dengan pos sebelumnya. Misal seorang Menteri, periode sebelumnya menjabat sebagai Menteri Keuangan, periode berikutnya Menteri Pendidikan, periode berikutnya Menteri Kehutanan. Apakah ini menunjukkan kehebatan pejabat kita yang mampu memegang segala jenis bidang yang diemban, atau sebaliknya, kurang adanya wawasan pejabat diatasnya dalam mengakomodir potensi-potensi pejabat yang ada. Atau memang tidak ada lagi orang yang dianggap mampu memegang jabatan tersebut. Lebih lucunya lagi, ketika pejabat yang diserahi tugas tersebut jelas-jelas menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki latar belakang pendidikan, pengalaman dan kompetensi untuk memegang bidang yang diamanahi, namun atasan pejabat tersebut tetap ngotot menempatkan dia dalam pos jabatannya.Di tingkat yang lebih bawah pun terjadi hal yang tak berbeda. Seorang berlatar belakang dokter gigi misalnya, meski akhirnya menempuh studi lagi, periode sebelumnya ditempatkan di Dinas Pekerjaan Umum, periode berikutnya di Dinas Transmigrasi, kemudian di Dinas Pendidikan. Inilah fakta, ketika sebuah jabatan lebih bertendensi pada politik, dan bukan profesionalitas. Sehingga ketidak efektifan sering terjadi akibat pejabat baru memerlukan waktu yang cukup, sekedar untuk menyesuaikan diri. Bukannya "ISI langsung START !"
Read more »

Senin, 11 Februari 2013

Memuliakan Orang Tua Tanpa Syarat & Batas Usia

Suatu saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya. Datanglah seorang lelaki dari Bani Salamah lalu berkata, “Ya Rasulullah, apakah masih ada kesempatan lagi untuk berbuat baik kepada kedua orangtuaku, setelah keduanya meninggal?” Nabi menjawab, “Mendoa’kan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, menyambung tali silahturahim kerabat-kerabatnya, dan memuliakan teman-temannya.” (Riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)  
Do’akan dan Mohonkan Ampunan 
Salah satu kewajiban utama anak kepada kedua orangtuanya adalah mendo’akan mereka. Allah Subhanahu Wataa’ala memerintahkan :
 وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً 
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil,” (QS: Surat Al Isra’ : 24). Imam Bukhari meriwayatkan, “Setelah mati, mayit itu aku diangkat derajatnya, kemudian berkata, ‘Wahai Tuhanku, ada apa ini?” Tuhan berfirman kepadanya, “Anakmu memohonkan ampun untukmu.” Namun demikian, do’a dan ampunan akan terkabul manakala yang dido’akan adalah sesama muslim, dan bukan termasuk orang-orang musyrik. Sebagaimana pernah dilakukan Nabi Muhammad saat mendo’akan ibunya. Sekalipun Nabi telah menghiba sedemikian rupa di hadapan Allah, tetapi Allah tetap menolak do’a beliau untuk mengampuni ibunya. Imam Muslim meriwayatkan, “Suatu saat Rasulullah berziarah ke kubur ibunya, lalu menangis dan menjadikan orang-orang yang disekelilingnya menangis. Beliau bersabda, "Saya mohon izin kepada Rabbku untuk memintakan ampun buat ibuku, maka Dia tidak mengabulkan (tidak mengizinkan). Lalu saya mohon izin kepada-Nya untuk menziarahi kuburnya. Kemudian Dia mengizinkannya. Maka dari itu berziarahlah ke kubur, karena dapat mengingatkan kepada kematian. Nabi Nuh juga pernah mendo’akan anaknya, agar Allah berkenan mengampuni anaknya. Akan tetapi Dia menolaknya. Sama pula pada Nabi Ibrahim, hasilnya nihil saat beliau mendo’akan orangtuanya. Allah menolak doa’nya. 
Menyambung Tali Silahturahim 
Teladan dalam bidang silahturahim ini salah satunya adalah Ibnu Umar RA. Biasanya, Ibnu Umar ke Mekkah membawa himar dan unta. Bila merasa jemu mengendarai unta, maka ia mengendarai himar. Dan pada suatu hari ketika ia sedang mengendai himarnya, mendadak bertemu dengan seorang Badui. Maka Ibnu Umar bertanya, “Bukanlah kau si Fulan bin Fulan.” Jawabnya, “Benar.” Selanjutnya, diberikanlah himar dan sorbannya kepada Badui itu. Kawan-kawannya tertegun, lalu bertanya kepada Ibnu Umar. “Semoga Allah melimpahkan ampunan kepadamu, mengapa kau berikan himar dan sorban kepada si Badui itu?” Ibnu Umar menjawab, “Saya telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sebaik-baik bakti (kepada orangtua) adalah menghubungi bekas kawan-kawan ayah sepeninggalnya. Dan ayah orang ini dahulu teman (ayahku) Umar.” (Riwayat Muslim) 
Melunasi Hutang-hutang Nadzarnya 
Misalnya orangtua memiliki nadzar (janji) untuk melakukan amal shaleh, namun belum sempat ditunaikan karena Allah berkenan memanggil menghadap keharibaanNya. Inilah tanggung jawab mulia anak shaleh, yaitu berupaya menunaikan “amanah” yang dipikul orang tuanya. “Seorang perempuan dari suku Khas’an datang mengadu kepada Rasulullah Shallallahi alaihi Wassalam; ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya datangnya perintah Allah kepada hamba-Nya untuk pergi haji pada saat ayahku telah lanjut usia, tidak mampu lagi duduk di atas kendaraan. Karena itu bolehkah saya berhaji atas namanya?” Sabdanya, “Boleh.” (Riwayat Bukhari Muslim) 
Menjaga Nama Baik Kedua Orangtua 
Barangkali tanpa disadari atau bahkan disengaja, seseorang seringkali melakukan perbuatan yang menjatuhkan harga diri dan kredibilitas kedua orangtua. Akibatnya, meski orangtua sudah meninggal tetapi sang anak juga masih bisa durhaka kepada orangtua. Dalam menjaga nama baik orangtua itu, kita juga dilarang memaki atau melecehkan orangtua lain. Memaki orangtua lain itu sama dengan kita memaki orangtua sendiri. “Di antara dosa-dosa besar ialah seseorang memaki ayah bundanya. Sahabatnya bertanya, ‘Ya Rasulullah, adakah seseorang yang memaki ayah bundanya? Rasulullah bersabda, “Benar. Dia memaki ayah orang lain sehingga dimakilah ayahnya dan dia memaki ibu orang lain dan dimakilah ibunya,” (Riwayat Muslim) 
Membayarkan Hutang 
Ketika seseorang meninggal sementara masih memiliki tanggungan hutang, maka hutang tersebut bakal menghalangi seseorang menuju surga. “Jiwa seseorang mukmin tergantung kepada hutangnya, sampai dilunasi,” (Riwayat Ahmad) Bahkan seorang mujahid yang mati syahid sekalipun akan tertahan masuk surga manakala masih memiliki tanggungan hutang. Ada seorang bertanya kepada Rasulullah, “Bagaimana pendapatmu jika saya terbunuih dalam jihad fi sabilillah, apakah akan terputus semua dosa-dosaku? Nabi menjawab, “Ya, apabila engkau terbunuh sedangkan engkau tabah, sabar dan ikhlas mengharap ridha Allah, maju dan tidak lari, kecuali (memiliki) hutang. Demikian keterangan Jibril kepadaku,” (Riwayat Muslim). Yang bertanggung jawab melunasi hutang itu adalah anak-anaknya. Imam Bukhari meriwayatkan, seorang perempuan suku Juhinah datang mengadu kepada Nabi, “Ibuku telah bernadzar pergi haji, tetapi beliau belum sempat melakukannya keburu mati. Bolehkan saya menghajikan atas namanya?” Rasulullah menjawab, “Boleh. Hajikanlah atas namanya, sebab bagaimana pendapatmu jika ibumu mempunyai hutang, bukankah kamu yang melunasinya. Karena itu lunasilah hutang kepada Allah sebab Allah lebih patut dilunasi hutangnya.” 
Melanjutkan Amal Shalihnya
Adapun melanjutkan amal shaleh orangtua adalah dengan menjaga hal-hal yang diwariskan orangtua setelah meninggalnya. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di antara amal dan kebaikan yang menyusul seorang mukmin setelah kematiannya ialah ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shaleh yang ditinggalkannya, mushaf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk Ibnu Sabil yang dibangunnya, sungai yang dialirkannya, atau sodaqoh yang dikeluarkan dari hartanya pada masa sehatnya dan masa hidupnya akan menyusulnya setelah kematiannya.” (Riwayat Ibnu Majah, hadits Hasan).” 

Read more »

Slide

Picture Talk More Slideshow: Anang’s trip to Kabupaten Nganjuk (near Kediri), Java, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Kediri slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.
Anang Dwijo Suryanto. Diberdayakan oleh Blogger.

 
Powered by Blogger