free counters


My site is worth $2022.1.
Berapa harga Blog/Web Anda?

WHO KNOWS, WHO IS ACTUALLY THE GREAT AND THE MOST TERRORIST IN THE WORLD ?

Minggu, 27 November 2011

Yang Berharga dari Parenting Skill

Hari minggu tanggal 27 Nopember 2011, bertepatan dengan tanggal 1 Muharam 1433 H, awal tahun Hijriyah, ... sebuah undangan harus kami hadiri. Undangan dari Sekolah anak kami, yang menyelenggarakan Parenting Skill.

Setelah menyelesaikan tugas di rumah pagi itu, .. kami berdua, bersama istri, menuju ke aula RSUD tempat kegiatan dilangsungkan. Sudah cukup banyak wali murid yang hadir. Biasa, seperti acara-acara formal lain, target ketepatan waktu pelaksanaan sesuai jadwal tertulis di undangan, hampir bisa dipastikan tak bisa terlaksana, seperti juga dalam acara ini.

Dan seperti juga acara-acara formal lain, sambutan-sambutan dari berbagai unsur selalu mewarnai suatu kegiatan. Demikian juga dengan kegiatan ini. Meski sambutan-sambutan yang disampaikan baik dan relevan dengan tema, tetapi dalam momen seperti ini akan lebih bijak bila prioritas waktu adalah untuk pemateri. Tapi Alhamdulillah, pemateri tidak merasa kekurangan waktu banyak. Meski pada akhirnya harus menyampaikan materi dengan kecepatan cukup tinggi dan beberapa poin harus tidak perlu disampaikan, agar materi tercover oleh waktu yang tersedia.

Menarik, menggugah, menantang, dan luar biasa ... itulah kesan saya pada pemateri dan materi yang diberikan.
Bagaimana kita membangun karakter anak-anak, melejitkan potensi cerdas anak yang berkarakter Rasulullah, .. Tak hanya cerdas tapi mulia, ... Luar Biasa ... !
Agar kita bisa menanamkan karakter yang baik pada anak setidaknya ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan :
  1. Cek status label barang yang kita masukkan ke dalam mulut/perut anak kita (haram, ataukah halal, thoyyib atau tidak)
  2. Tak hanya yang ke mulut/perut, yang ke telinga (yang didengar), dan yang ke mata (dilihat), juga harus dijaga. Layak apa tidak untuk dikonsumsi anak kita
  3. Perbanyak sedekah
  4. Kuasai ilmu mendidik anak (ikuti workshop2, pelatihan2 parenting)
  5. Upgrade lah cinta anda pada suami atau istri anda. Karena jika ini daluwarsa, tidak update lagi, yang menjadi korban dan sasaran adalah anak. Dan ini sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa, dan prsoses pembentukan karakternya. 
  6. Sung Tuladha, .. memberikan contoh, uswah atau teladan, adalah faktor  yang tak kalah sangat pentingnya bagi pembentukan karakter anak. Dan inilah mungkin satu-satunya faktor yang paling sulit.  

Sisi lain yang menggelitik saya adalah tips dari pemateri untuk guru (terutama guru yayasan tempat anak saya sekolah) agar bisa bersedakah jauh di atas jangkauan gaji yang diterimanya. Misal seorang guru mendapatkan gaji Rp. 800.000 per bulan, maka dengan tips ini dia mampu bersedekah pada yayasan sebesar Rp. 1.200.000.
Caranya ? Dengan bekerja keras, ikhlas, berkinerja sebagaimana guru yang digaji 2 juta perbulan dan memang sampai layak seharusnya mendapatkan gaji sebesar itu, maka jika ia meniatkan kekurangan gajinya yang Rp. 1.200.000 tersebut untuk disedekahkan pada yayasan, berarti dia telah bersedekah pada yayasan di mana dia mengajar sebesar Rp. 1.200.000 per bulan. Wow ... luar biasa bukan !?

Masalahnya adalah, ketika ada guru yang bergaji Rp. 4 juta per bulan, lalu kinerjanya sebenarnya pantas dihargai Rp. 2 juta, berarti dia berhutang Rp. 2 juta pada pemberi gaji. Bukankah begitu ... ? Ah ... seandainya benar begitu, ... kita nggak bisa menghitung, berapa hutang kita pada negara yang telah menggaji kita ....

Ada sponsor buku bagus menyertai keberlangsungan kegiatan ini. Penerbit produsen buku-buku Islami dan populer. Salah satunya adalah buku yang berjudul Muhammad Teladanku. Buku yang terkemas dalam 16 jilid ini tersaji dalam bentuk cerita bergambar menarik, yang sangat bagus dan cocok bagi anak-anak. Saya pun tertartik. Saya berharap istri saya juga demikian. Tapi dengan harga yang sedemikian, yang cukup fantastik, Rp. 4 juta sekian, .. mungkinkah istri saya berminat ? Mengingat istri selama ini, setahu saya kurang memiliki minat dalam kepemilikan buku.

Saya pun skeptis .. Tapi di luar dugaan. Ketika saya lama menunggu istri di luar gedung, saat kegiatan telah selesai, tangan saya ditarik istri untuk masuk ke ruangan, dan di sana, di dalam sana, sebuah Formulir Kontrak Jual Beli telah dia isi. Alhamdulillah, ... puji saya dalam hati. Untuk investasi anak .. nggak apalah .. katanya ...
Read more »

Rabu, 23 November 2011

Selamat Tahun Baru Muharam 1433 H

Gelegar 1 Muharam sebagai awal Tahun Baru Islam memang tidak sedahsyat tahun baru Masehi 1 Januari. Tidak ada terompet yang beramai-ramai ditiup menjelang malam tahun baru, tidak juga ada konvoi motor atau mobil, tidak ada kembang api berharga hingga jutaan rupiah yang dibakar dan menghiasi langit malam tahun baru .. tidak ada hura-hura penghamburan uang, hanya untuk menyambut datangnya sebuah tahun .. karena memang dalam konsep dan nilai Islam hal-hal yang bersifat mubadzir dan penghamburan sangat tidak diajarkan bahkan dilarang. Dinyatakan bahwa mereka yang suka mubadzir adalah termasuk ikhwanul syaithon, sahabat setan.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit umat Islam yang tidak mengenali kalender Hijriyahnya, tidak mengetahui, jika hari itu adalah Tahun Baru-nya Umat Islam. Suatu kondisi yang memprihatinkan memang. Padahal penetapan awal tahun baru Islam mengandung muatan da’wah yang luar biasa. Penetapan Tahun Baru Islam bukan berdasar pada tanggal lahir atau wafatnya Nabi. Khalifah Umar bin Khattab melihat peristiwa hijrah Rasul SAW sebagai tonggak pemisah antara masa jahiliyah yang gelap gulita dan alam islami yang terang benderang, yang pada akhirnya sejarah mencatat dengan tinta emasnya, kejayaan dan kecemerlangan kehidupan yang bertumpu pada syare’at atau hukum Islam, hingga menciptakan tata masyarakat adil, aman, sejahtera di kota Madinah. Satu konsep panutan yang sedang “ngetrend” akhir-akhir ini, yakni “masyarakat madani”
Suatu tatanan masyarakat yang menjadi idaman para pemimpin bangsa ini, suatu kondisi di mana para pemimpinnya begitu amanah terhadap kepemimpinannya, tidak suka korupsi, tidak selalu mementingkan urusan perutnya sendiri, yang segala sepak terjangnya selalu minta diimbali uang, pemimpin yang begitu mentaati hukum yang berlaku, begitu takut dengan pertanggungan jawaban dari apa yang dipimpinnya, tidak justru takut akan lepasnya jabatan atau kepemimpinan dari tangan mereka, yang telah dengan susah payah dia dapat, dengan berbagai upaya termasuk menyogok, sikut sana sikut sini, fitnah sana fitnah sini. Masyarakat yang rakyatnya senantiasa mentaati hukum, patuh dan taat pada pemimpinnya.

Peristiwa hijrah Rasul SAW dilatarbelakangi kondisi masyarakat Mekkah yang pada waktu itu sangat menolak menerima ajaran Islam.
Tantangan yang berat tapi dihadapi dengan tabah oleh Rasul SAW. Akhirnya beliau berdakwah ke kota/negeri lain di antaranya Thoif, Madinah, Habasyah, hingga beliau bertemu 12 orang dari suku Khojroz yang menerima ajaran Islam. Ke-12 orang ini setahun kemudian pada musim haji bertemu lagi dengan Rasul dan melakukan bai’at dan berikrar untuk Tidak : menyekutukan Allah, mencuri, berzina, berdusta dan mengkhianati Rasul. Pada musim haji berikutnya 72 orang dari suku Aus dan Khojroz bertemu lagi dengan Rasul SAW, mengundang beliau untuk ke Madinah, dan berbaiat yang kedua, berikrar setia dan membela Rasul dalam suka dan duka. Bai’at ini membawa dampak dan resiko yang berat, karena mereka harus siap menanggung resiko berhadapan dengan orang-orang dari Jazirah Arab.

Sejak Bai’at yang kedua (Bai’atuts Tsani) inilah hijrah ditetapkan atas kaum Muslimin dari kota Mekkah ke Madinah. Hijrah yang diwajibkan bagi mereka yang didzalimi dan mampu untuk berhijrah. Sebagian sahabat telah berhijrah lebih dulu, sampai akhirnya Rasul berhijrah belaka-ngan ditemani oleh sahabat Abu bakar As-Shidiq

Peristiwa hijrah Rasul yang kronologisnya seperti digambarkan di atas akhirnya diabadikan seba-gai awal tahun dalam kalender Islam (Hijriyah)

Sebagai muslim dalam menghadapi Tahun Baru Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 27 Nopember 2011 ini, hendaknya kita banyak bermuhasabah atau ber introspeksi diri tentang amal-amal kita di tahun sebelumnya yakni tahun 1432 H. Apakah amal kebaikan yang lebih banyak mewarnai derap langkah kaki perjalanan hidup kita, atau sebaliknya, banyak kemaksiatan dan pembangkangan terhadap perintah-perintah Allah yang lebih mewarnai kehidupan kita. Bila jawaban kita adalah pilihan yang terakhir, maka seharusnya kita segera bertaubat, berikrar dan bertekad untuk lebih baik dari sebelumnya. Bahwa kita akan berusaha melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjaga diri dari melaksanakan hal-hal yang dilarang Allah SWT. Kita harus optimis dan banyak berdoa semoga di tahun 1433 H ini kita tetap dan lebih mendapat hidayah dari Allah untuk selalu berbuat/beramal sholeh, selalu menyandarkan sendi-sendi kehidupan kita pada syare’at Islam (aturan Allah), pada Al-Qur’an dan pada sunnah Rasul. Dan Ingat ..... ! Kesempatan kita, .... kesempatan kita untuk itu, .... untuk mempersiapkan bekal kita di akherat kelak, telah berkurang 1 tahun, dengan datangnya Tahun Baru Hijriyah tahun ini.
Read more »

Selamat Hari Guru 2011

Tanggal 25 Nopember ini, dan setiap tahun pada tanggal yang sama, diperingati sebagai hari Guru. Hari lahirnya PGRI, Persatuan Guru Republik Indonesia. Tentu anak-anak tidak asing dan sudah sangat akrab dengan seseorang yang berprofesi ini. Setiap hari kecuali hari libur dan hari minggu, mulai jam 07.00 pagi sampai maksimal jam 12.00 (ada juga yang sampai jam 15.00) anak-anak semua selalu berinteraksi dengan Guru, dengan Bapak Ibu Guru. Guru adalah profesi atau pekerjaan yang mulia, karena mengandung unsur mengajar, mendidik dan membimbing siswa. Guru adalah orang tua kedua setelah Ibu dan Bapak. Saat ini, Guru adalah salah atau profesi yang banyak diminati orang. Bukan saja "mulia"nya pekerjaan Guru,
tetapi juga lebih karena gajinya yang wow … keren .. ! Awalnya profesi Guru bukanlah profesi yang menjanjikan, menggiurkan serta banyak diminati, terutama oleh anak-anak muda. Waktu itu jarang ada anak yang bercita-cita menjadi Guru. Ketika suatu ketika sepulang kuliah ada pertanyaan kepada saya “Kuliah dimana ... ? Lalu saya jawab di IKIP (Sekolah Guru) maka Ibu-ibu yang bertanya tadi berteriak dengan sangat kaget bernada meremehkan. Katanya, ”Hah ! IKIP ? Sekolah Guru ? Itulah gambaran profesi Guru waktu itu. Dan memang tak banyak Guru yang kaya raya dari hasil mengajarnya. Sehingga tak sedikit Guru waktu itu yang harus nyambi kerja lainnya, sebagai tukang ojek misalnya. Namun seiring perkembangan jaman dan perhatian serta penghargaan terhadap profesi ini, menjadikan pekerjaan Guru sebagai pekerjaan yang sangat diminati, salah atunya karena gajinya yang cukup tinggi. Terlebih dengan adanya sertifikasi Guru. Yaitu Guru yang mendapat sertifikat sebagai Guru Profesional dan mendapat tunjangan gaji sebesar gaji pokoknya. Berarti gajinya hampir 2 kali lipat Luar biasa bukan .. ? Tentu saja untuk menjadi Guru Profesional harus melalui seleksi dan memenuhi syarat-syaratnya. Dan sesuai dengan namanya, PROFESIONAL, maka guru yang sudah profesional ini akan dan harus lain dari pada guru yang lain. Baik dari cara mengajarnya, semangat atau etos kerjanya, dan kedisiplinannya. Dia akan menjadi Guru yang disiplin dalam mengajar, hampir tidak pernah terlambat masuk kelas atau meninggalkan tugas mengajar tanpa pemberitahuan dan memberikan tugas kepada siswanya. Cara mengajarnya pun juga tidak seperti Guru-guru yang belum profesional. Menarik, mudah dimengerti, sabar, charming, menggunakan berbagai media dan metode pembelajaran. Nah ... di SMP kita ini Bapak Ibu Guru yang sudah profesional baru ada 3 (tiga) orang yakni, Pak Djoko, Bu Lawi, Pak Parji, sedangkan enam Guru lain yakni Pak Anang, Pak Agus, Pak Edy, Bu Narni, Bu Karni, Bu Any dan Bu Zuyinah sudah melewati proses menjadi Guru Profesional, dengan telah lulus Pelatihan. Sementara Pak Ody, Bu Subiatun, Bu Sukarti dan Pak Trimawan terjaring sebagai bakal calon tahun ini. Coba kalau kalian amati, Insya Allah beliau beliau ini adalah sosok guru Profesional yang lain dari guru yang lain, seperti digambarkan di atas. Semoga Bapak Ibu Guru yang lain segera menyusul. Anak-anak ku, .. percaya nggak kalian, bahwa untuk bisa menjadi seorang Pegawai khususnya Guru, tidak sedikit yang mau mengeluarkan uang banyak. Desas-desusnya dalam seleksi penerimaan pegawai dan Guru tahun kemarin, ada yang mau sampai harus membayar Rp. 200.000.000 (Dua Ratus Juta Rupiah). Fantastik bukan ? Nah yang ini namanya Riswa, menyuap atau menyogok. Agama Islam jelas-jelas melarangnya. Tak sedikit mereka yang rela menjual sawah atau harta benda lainnya. Meskipun tak sedikit juga yang akhirnya tertipu. Terakkhir ... di hari Guru tanggal 25 Nopember ini, kami mohon doa kalian semua anak-anakku. Semoga kami, Bapak Ibu Guru kalian ... bisa menjadi Guru yang penuh syukur nikmat ... yang menjiwai dan mencintai pekerjaannya. Agar menjadi guru itu betul-betul Gue banget gitu lho .... Sehingga ketika meninggalkan tugas yang utama dan mulia ini … ada rasa tidak nyaman dan beban. Merasa kehilangan sesuatu yang sangat besar dan berharga. Agar ketika bel pelajaran berbunyi, … ada getaran yang memaksa magito-gito, terburu-buru, ketergesaan, ada dorongan kuat untuk segera masuk ke kelas. Tidak mau kehilangan waktu sedikitpun dari jam mengajarnya, untuk hal-hal tidak penting dan atau ngobrol tak menentu. .. agar memiliki tanggung jawab besar … bukan pada atasan atau Kepala Sekolah, … tapi pada zat yang Maha Pemberi Rizki, Allah SWT. Yang telah melimpahkan karunia dan nikmat-Nya, berupa Menjadi Guru. Bahwa semuanya nanti akan dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya. Selamat hari Guru, semoga tetap dan lebih Semangat .... !
(Taken from : Majalah Jendela "BK Peduli Siswa")
Read more »

Jumat, 11 November 2011

Bulan Pengantin, Musim Hajatan ...

Pagi itu seorang teman perempuan, datang tergopoh-gopoh dengan sepatu dan baju belepotan lumpur. "Habis jatuh dari motor Pak, .. jalan ditutup ada hajatan. Waktu lewat lapangan licin berlumpur, saya nggak bisa menguasai motor saya, .. lalu terpeleset."
Memang, mulai tanggal 27 Oktober 2011 lalu, kalender Hijriyah memasuki bulan Dhulhijjah, dan kalender Jawa memasuki bulan Besar. Bulan atau waktu yang sangat baik bagi seseorang untuk melaksanakan hajatan pernikahan, atau hajatan-hajatan yang lain.
Tak jarang saya dengar kata-kata bernada keluh, tentang meningkatnya pengeluaran di bulan ini untuk keperluan "buwuh" atau sumbangan, hingga keperluan bulan seperti ini bisa meningkat hingga beberapa kali dari bulan-bulan yang lain.
Keluhan lain adalah dari para pengguna jalan. Jalan mesti ditutup dan dialihkan ke jalan alternatif yang kadang jauh lebih jauh. Terlebih bila jalan alternatif itu tidak layak untuk dilalui (rusak, becek dsb). Yang lebih kasihan adalah anak-anak sekolah yang bersepeda pancal, karena rute yang jauh akan membuat waktu tempuh menjadi lebih lama. Dan beresiko membuat mereka terlambat masuk sekolah.
Kejadian serupa yang dialami teman perempuan di awal tulisan ini, juga pernah dialami teman perempuan yang lain tahun lalu. Memang diperlukan kesadaran bagi para penghajat, untuk berlapang dada tidak menutup penuh jalan umum, saat hajatan berlangsung. Minimal jalan masih bisa dilewati sepeda pancal, syukur sepeda motor.
Read more »

Kamis, 10 November 2011

Bayar Pajak Yuk ... !



Tanggal 21 Nopember 2011, tanggal terakhir pembayaran pajak kendaraan. Setelah upacara hari Pahlawan, ijin bayar pajak ke Samsat, sekalian balik nama.
"O inggih Pak, monggo ... ", jawab Bos dengan keramahan luar biasa memberikan ijinnya.
Setelah memarkir kendaraan, menuju loket pembelian Map. Untuk bayar pajak 5 tahunan, sekaligus ganti nama pemilik kendaraan, dikenakan biaya Rp. 14.000. Ini sudah plus kwitansi bermeterai Rp. 6.000. Karena kwitansi sudah disiapkan oleh pemilik kendaraan lama, jadinya yang dipakai yang sudah ada tanda tangannya pemilik lama, yang sudah aku bawa dari rumah. Ada baiknya sebenarnya, petugas menanyakan apakah wajib pajak sudah menyediakan kwitansi bermeterai atau belum. Jika belum, bisa beli di loket sini. Kalo sudah punya, ya, .. nggak perlu lah, ... beli !

Cek fisik kendaraan dilakukan oleh petugas. Ngesek, biasa orang bilang. Setelah
selesai cek fisik dengan biaya Rp. 40.000, berkas dibawa ke loket lain. Di loket ini bayar biaya Pembayaran Permohonan Pembuatan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) Rp. 275.000.
Pengisian data adalah langkah selanjutnya. Dengan dipandu oleh bagian informasi yang berpenampilan ramah dan menarik, pengisian data menjadi lebih lancar, dan benar. Untuk jasa pemanduan ini tidak ada biaya.
Berkas dibawa ke loket BPKB untuk pengecekan dan pengesahan. Tidak ada biaya untuk ini.
Berikutnya ke loket pembayaran. Berkas diantrikan, menunggu panggilan dari bagian Kasir. Kurang lebih 50 menit menunggu, bagian Kasir memanggil. "Berapa biayanya Pak ?" tanyaku pada petugas. "Satu juta tiga ratus sebelas ribu Pak .. " Jawab beliau. Kubayar dengan uang pas. Kubaca rincian di lembar Bukti Pembayaran Pajak :
  1. BBN KB     = Rp. 461.000
  2. PKB           = Rp. 691.500
  3. SWDKLLJ  = Rp. 143.000
  4. Jumlah       = Rp. 1.295.500
  5. ditambah parkir berlangganan Rp. 5.500
"Ambil STNK di bagian paling timur Pak, .. " kata bapak petugas kasir. Di meja paling timur, aku berikan tanda pembayaran pajak tadi ke seorang perempuan berpakaian polwan. Dan STNKB pun diberikan. "Plat nomor di bagian belakang Pak .. " kata petugas tadi. "Untuk BPKB bisa diambil 3 bulan lagi, di Polres ... " jelas Mbak Polwan.
Di bagian pembuatan plat nomor, STNK saya tumpuk di antrian. Sekitar 10 menit proses pembuatan plat nomer selesai. "Lima ribu Pak ... " kata petugas pembuat sambil memberikan plat nomor kendaraan saya ...
Read more »

Selasa, 08 November 2011

Bertetes Darah Istri Terkasih








Idhul Adha, hari raya Qurban tahun ini mengingatkan pada 5 tahun yang lalu saat kelahiran anak kedua kami, Hauzan, yang kelahirannya cukup membuat kami berdua cemas, was-was dan takut karena posisi bayi yang APB, Ari-ari Posisi Bawah. Dua kali istri harus masuk rumah sakit akibat pendarahan yang dialami. Terakhir, malam itu adalah malam takbiran. Besuk paginya mendapat tugas khotib di sekolahan. Sedang asyiknya mempersiapkan materi buat besuk, ketika dikejutkan rintihan istri di sela istighfarnya. Darah yang menggumpal cukup banyak dan cukup membuat panik. Ya, .. malam itu .. istri terkasih harus menginap di rumah sakit. 
Kelahiran anak kedua pun seperti kelahiran anak pertama, DI RUMAH SAKIT. Tanpa ada kemampuan saya sebagai suami mendampingi saat-saat paling monumental itu, ... dalam hidup kami.
Dan, .. ketika membuka "Jendela Keluarga" di "Hidayatullah", .. untaian buah pena Bapak Fauzil Adhim yang menyentuh .. berkisah tentang betapa seorang istri sangat membutuhkan kehadiran suami terkasih di saat-saat istri melahirkan, .. saya pun tertarik untuk melampirkannya dalam postingan ini ...

Dan inilah, buah tangan beliau ...... dengan judul asli "Setetes Darah Istri Tercinta"


SUBUH itu kami baru saja menikmati sahur pertama bulan Ramadhan, ketika tiba-tiba istri saya mengeluh sakit perutnya. Sempat muncul tanda tanya apakah istri saya akan melahirkan, tetapi kami sempat ragu karena HPL-nya masih 11 hari lagi. Agar tak salah penanganan, kami segera memeriksakan diri ke bidan terdekat di Tambak¬beras, Jombang. Ternyata, bidan Sri Subijanto melarang pulang. “Sudah bukaan lima,” kata Bu Sri.Bu Sri mendampingi beberapa saat. Barangkali dirasa masih agak lama, Bu Sri meninggalkan ruangan bersalin. Meski hanya sebentar, tapi ternyata inilah saatnya bayi saya lahir. Dengan ditemani seorang pembantu bidan dan Bu Lik (tante), saya mendampingi istri melewati saat-saat yang mendebarkan. Di saat-saat terakhir, istri saya nyaris kehabisan tenaga. Tak berdaya. Ingin sekali saya mengusap keringat di keningnya, tetapi tak ada saputangan di saku saya. Lalu, saya coba menggenggam tangannya untuk memberi kekuatan psikis. Saya tak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Tapi saya lihat ada semangat yang bangkit lagi. Sedangkan di matanya, kulihat airmata yang hampir menetes.

Saya ingin sekali rasanya berlari memanggil bidan, tapi tak tega meninggalkannya. Saya hanya berharap Allah akan memberi pertolongan. Alhamdulillah, hanya satu jam di ruang bersalin, anak saya lahir. Seorang laki-laki.

Tidak sedih, tidak gembira. Hanya perasaan haru yang menyentuh ketika saya membersihkan kain yang penuh dengan darah dan kotoran istri. Setetes darah istriku telah mengalir untuk lahirnya anakku ini. Ia merelakan rasa sakitnya untuk melahirkan. Ia telah mempertaruhkan nyawa untuk keselamatan anaknya. Maka, apakah aku akan membiarkan anak-anakku hanya tumbuh besar begitu saja tanpa pendidikan yang betul-betul baik dan terarah? Rasanya, terlalu berharga pengorbanan istriku jika aku tak serius membesarkan anak-anak yang dilahirkannya.

Diam-diam kupandangi anakku. Ingin kusentuh ia dengan tanganku. Tetapi aku harus bersabar dulu. Setelah asisten bidan selesai mengurusinya, kurengkuh ia dalam pelukanku. Lalu kuperdengarkan di telinganya azan dan iqamah yang kuucapkan dengan suara terbata-bata. Semoga ucapan awal ini membekas dalam hati dan jiwanya, sehingga kalimat ini memberi warna bagi kehidupannya. Konon ungkapan-ungkapan awal pada masa komunikasi pra-simbolik ini akan banyak menentukan anak di masa-masa beri¬kutnya. Begitu bunyi teori komunikasi anak yang pernah saya pinjam saat menulis buku Bersikap terhadap Anak (Titian Ilahi Press, Jakarta, 1996).

Sekali lagi kupandangi anakku. Tubuhnya yang masih sangat lemah, terbungkus kain yang saya bawa dari rumah. Hatiku terasa gemetar melihatnya. Saya teringat, ada satu peringatan Allah agar tidak meninggalkan generasi yang lemah. Allah Ta’ala meng¬gunakan perkataan, “… hendaklah kamu takut….” Tetapi saya dapati dalam diri saya, masih amat tipis rasa takut itu. Lalu dengan apa kujaminkan nasib mereka jika rasa ta¬kut ini masih belum menebal juga? Ya Allah, tidak ada Tuhan kecuali Engkau, dan aku dapati diriku ini masih termasuk orang-orang yang zalim.

Diam-diam kupandangi anakku sekali lagi. Kuusap-usap kepalanya. Kukecup keningnya, seraya dalam hati aku mohonkan kepada Allah keselamatan dan kemuliaan hidupnya. Pengalaman menemani istri di detik-detik persalinannya telah mengajarkan kepadaku sesuatu yang sangat berharga, “Anak yang dilahirkan dengan darah dan air¬mata ini, jangan pernah disia-siakan. Ibu yang melahirkan anak ini, jangan pernah dinis¬takan.” Mereka adalah amanat yang telah kuambil dengan kalimat Allah, dan semoga Allah memampukanku untuk mempertanggungjawabkannya di hari kiamat kelak.

Setelah merasakan pengalaman mendampingi detik-detik persalinan istri, saya merasa sangat heran terhadap para suami yang masih tega menampar istri atau menyia-nyiakan anaknya. Saya juga merasa sangat heran terhadap sebagian rumah sakit yang masih saja melarang suami terlibat langsung dalam proses persalinan istrinya, sebagaimana ketika istri saya melahirkan anak pertama saya di Kendari. Padahal keterlibatan suami dalam proses persalinan dari awal sampai akhir, sangat besar manfaatnya. Baik bagi istri maupun bagi hubungan ayah dengan anak.

Kedekatan psikis (attachment) antara ayah dengan anak akan lebih mudah terben¬tuk apabila ayah berkesempatan menyaksikan secara langsung detik-detik persalinan itu. Di sisi lain, saya kira seorang istri akan merasa sangat berbahagia kalau suaminya bersedia men¬dampinginya di saat ia sangat membutuhkan dukungan psikis dan kehangatan perhatian.

Saya tidak tahu apakah istri saya lebih bahagia dengan kehadiran saya mendampinginya. Tetapi saya kira Anda –para ummahat— akan lebih senang jika suami Anda bersedia mendampingi persalinan Anda. Bagaimana?


Taken from Hidayatullah


Sabtu, 05 November 2011

oleh: Mohammad Fauzil Adhim 

Muhammad Fauzil Adhim, penulis buku-buku parenting



Read more »

Slide

Picture Talk More Slideshow: Anang’s trip to Kabupaten Nganjuk (near Kediri), Java, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Kediri slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.
Anang Dwijo Suryanto. Diberdayakan oleh Blogger.

 
Powered by Blogger