free counters


My site is worth $2022.1.
Berapa harga Blog/Web Anda?

WHO KNOWS, WHO IS ACTUALLY THE GREAT AND THE MOST TERRORIST IN THE WORLD ?

Minggu, 27 Februari 2011

Saham 40% Untuk Kelulusan ..

Setelah sekian kali dominasi kelulusan siswa ada sepenuhnya di tangan pemerintah Pusat. Setelah kelulusan siswa yang telah menempuh  pendidikan selama 3 tahun seolah dan hampir bisa dipastikan sangat ditentukan oleh nasib siswa selama 3 atau 4 x 120 menit ketika dia mengerjakan soal-soal Ujian Nasional. Setelah nyata di lapangan bagaiamana sepak terjang sekolah dalam pelaksanaan Ujian Nasional, yang terobsesi siswa di sekolahnya harus lulus 100%,.
Bahwa kelulusan 100% adalah sebuah prestise dan prestasi yang layak dipasarkan, dan memiliki nilai jual dan advertisement yang sangat tinggi menjelang penjaringan siswa di awal tahun pelajaran, yang karenanya sekolah lantas membutakan mata dari kenyataan potensi anak didiknya, sehingga segala cara ditempuh, termasuk cara-cara kotor, dan memalukan, serta tidak mendidik, yang justeru menghancurkan bangunan mental dan moral yang telah dengan susah payah dibangun semenjak siswa masuk ke sekolah dan mendapat pendidikan, pengajaran dan bimbingan dari Guru-guru tercintanya
Ketika dari awal dan selama menempuh pendidikan siswa diajari moral yang baik, norma yang bermartabat, maka justeru di akhir-akhir masa mereka menempuh pendidikan, mereka disuguhi dan dilibatkan secara aktif dalam menghancurkan bangunan moral yang telah dibangun selama 3 tahun ini.Setelah nyata centang perenang pelaksanaan Ujian Nasional di lapangan, setelah mendapat hujan protes dan kritik atas plus minusnya Ujian Nasional, ... setelah pemerintah (sebenarnya sudah lama) tak lagi menaruh kepercayaan atas keputihan dan kejujuran pada lembaga-lembaga pembentuk watak anak bangsa di negeri ini, ... Maka pemerintah pusat mencoba berbaik hati, dan mengurangi efek black goat  pada dirinya, manakala  prosentase ketidaklulusan begitu tinggi, dengan memberikan sebagian saham Penentuan Kelulusn Siswa sebesar 40% kepada pihak sekolah penyelenggara. Jika awalnya saham itu 100% dikuasai pemerintah, sekarang sekolah penyelenggara memiliki andil 40%. Alhamdulillah,... Serasa tak ikhlas dengan pembagian saham itu, dan juga semakin hilangnya kepercayaan pada pihak penyelenggara dan peserta ujian, pemerintah memberikan opsi Paket 5 variasi soal dari yang sebelumnya hanya 2 soal.Saham 40% yang dimaksud adalah "..nilai rata-rata Raport semester 1 s/d 5, ditambah nilai Ujian Sekolah.. " Adapun komposisi nya, nilai rata-rata raport dihargai 40% sedangkan nilai Ujian Sekolah dihargai 60%. Begitu mendengar issue ini (sebelum kepastian Permen muncul), maka apa yang muncul di benak sebagian manusia-manusia mulia pembentuk karakter anak bangsa di negeri ini ? Inilah sebagian pikiran kotor yang terlontar dari benak mereka ... "Lha ... kalo pingin dan mau anak-anak lulus semua ... ya ... kita harus ngganti raport .." Subhanallah,.. tak tanggung-tanggung seorang Kepala Sekolah yang memliki pemikiran seperti ini. Sebagian yang lain, sudah mulai meningkatkan batas minimal nilai raport untuk semester ganjil, yang pada waktu itu memang belum ditulis. Bila sebelumnya sekolah memasang KKM 75, maka untuk menyiasati kelulusan tahun ini dinaikkan menjadi 85 atau lebih.Sekolah2 yang jeli melihat situasi dan memiliki tingkat antisipatif yang tinggi, dari awal sudah merancang strategi jitu, menghadapi peluang ini. Selain dua kemungkinan yang telah disebutkan di atas, maka salah satu langkah membantu siswa agar saham yang 40% yang telah diberikan pemerintah ini betul-2 bisa membantu siswa, maka alternatif  yang diambil pihak sekolah adalah dengan sementara memberikan Raport "sementara" semester Ganjil (semester V), berupa lembaran. Sedangkan Raport sesungguhnya akan diberikan dan ditulis nilainya setelah melihat kondisi prestasi anak. Artinya jika selama 4 semester sebelumnya (semester 1 - 4) nilai siswa cukup riskan dan rusak, maka ada upaya peng"upgrade"an nilai. Upaya lain yang lebih sopan, karena upaya ini berkaitan dengan sesuatu yang belum dilkasanakan adalah dengan membuat nilai Ujian Sekolah, yang memliki bobot 60% dari saham dari pemerintah yang 40%, sebesar mungkin, .. haram hukumnya memberikan nilai ujian sekolah di bawah 85 misalnya, karena jika kurang dari itu, dikhawatirkan sekolah kurang bisa memberikan kontribusi kelulusan, bila ternyata Nilai Ujian siswa nantinya jatuh.Berbagai upaya yang menjadi alternatif sekolah, yang kesemuanya mengarah bagaimana supaya siswanya berhasil dalam kelulusan, sebenarnya adalah hal yang wajar, sebatas itu memang dalam batas-2 kewajaran, tidak berbenturan pada norma-2, etika dan tidak akan beresiko menghancurkan bangunan moral siswa dan tidak merubah sesuatu yang telah ada dan terjadi. Tetapi manakala upaya itu tidak menyentuh persyaratan yang telah disebutkan di atas, maka hal itu betul-2 pantas untuk menjadi perenungan bagi kita semua. Ketika suatu harapan, keinginan, cita-cita untuk mendapatkan sesuatu, kemudian diikuti dengan upaya menghalalkan segala cara, terlebih ini terjadi di ranah pendidikan, di lembaga pembentuk karakter anak bangsa, di mana jargon pendidikan karakter tengah digembar gemborkan, maka terus terang hal seperti ini sungguh-sungguh sangat memprihatinkan, sangat memilukan dan ... meminjam kata-kata Rhoma Irama ... "sungguh terlalu ... " Lalu apa jadinya generasi negeri ini di sekian masa ke depan, ketika ... generasi penerusnya dinafikan kepada "kegagalan" jangan pernah ada kegagalan,.. harus berhasil ... harus lulus .. dan tidak membiasakan diri pada cengkerama atas suatu kegagalan. Bahwa kegagalan adalah hal yang wajar. Yang biasa ... dan justeru dengan kegagalanlah ... kematangan seorang individu salah satunya, bisa terbentuk. Kata "gagal" sekarang ini sepertinya harus dibuang jauh-2 .. dan ketika seseorang gagal maka ... seolah habis sudah harapan dan masa depan. Padahal sejatinya tidaklah demikian.Berkaitan dengan cara-cara yang tidak fair dalam menyiasati, dan dalam penerapan ilmu "Aji Mumpung", sesuatu yang memprihatinkan, berita yang tidak layak didengar muncul dari suatu forum. Yang menyatakan bahwa bila nantinya ada raport rusak, dalam arti ganda "rusak secara fisik" dan "rusak nilainya", maka ada jasa foto copy yang telah siap menggandakan raport kosongan, yang dijamin identik dan sama persis dengan lembaran raport yang akan diganti, dengan biaya yang relatif tidak mahal jika dibanding dengan upaya "mulia" membantu anak didik dengan menghalalkan segala cara. Cukup dengan mengganti ongkos cetak Rp. 1.800 per lembar, dijamin raport yang rusak dalam arti ganda yang terakhir, akan beres. Dan tinggal Mantan Kepala Sekolah menanda tangani raport jadi-jadian tersebut. Ya ... inilah realita ... menjelang Ujian Nasional. Sesuatu yang oleh sebagian besar lembaga pendidikan terutama di daerah pinggiran dengan potensi anak didik yang jauh bila dibanding siswa di kota-kota besar, dianggap sebagai suatu momok atau monster yang menakutkan. Lalu apa perbedaan mendasar dari sisi ini, antara Ujian Nasional Tahun lalu dengan Tahun Sekarang ? Tahun ini Pemerintah lebih menaruh ketidakpercayaan pada Penyelenggara dan Peserta Ujian. Buktinya paket soal ditambah menjadi 5. Jika tahun lalu kecurangan-kecurangan bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab hanya "pada saat Ujian" dan juga kemungkinan "setelah Ujian", maka tahun ini, jauh sebelum Ujian itu dilaksanakan, pihak-pihak lembaga pendidikan bisa dengan leluasa melakukan kecurangan-kecurangan, sebagaimana dijelaskan di atas. Dengan berbagai cara seperti yang diuraikan di atas. Jadi Ujian tahun ini, kecurangan bisa dilakukan, sebelum, pada saat, dan juga mungkin setelah selesai ujian.Terlepas dari fenomena yang terjadi saat ini, ... kita harus tetap optimis, bahwa masih banyak pihak yang tetap ingin konsis dan istiqomah dalam menjunjung nilai-nilai moral, etika dan juga yang terpenting adalah agama, dalam pelaksanaan ujian nasional tahun ini. Menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan suatu pelaksanaan kegiatan tidak hanya diukur oleh hasil yang akan dan telah dicapai. Lebih dari itu adalah  proses yang menyertai suatu kegiatan dilaksanakan. Apakah sesuai dengan koridor kaidah yang dipersyaratkan atau tidak.  Sebab jika tidak, ... jangan heran bila di sekian generasi mendatang muncul berbagai "gayus" yang jauh lebih canggih dan handal dari gayus tambunan sekarang ....... Wallahu'alam ....

0 komentar:

Posting Komentar

Slide

Picture Talk More Slideshow: Anang’s trip to Kabupaten Nganjuk (near Kediri), Java, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Kediri slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.
Anang Dwijo Suryanto. Diberdayakan oleh Blogger.

 
Powered by Blogger