free counters


My site is worth $2022.1.
Berapa harga Blog/Web Anda?

WHO KNOWS, WHO IS ACTUALLY THE GREAT AND THE MOST TERRORIST IN THE WORLD ?

Minggu, 04 Maret 2012

Rintih Tangis Mertua Terkasih

Sudah delapan hari dan sembilan malam ini, beliau bersama kami. Beliau yang sudah tinggal hanya berdua dengan istri setia dan tercinta, setelah putri terakhirnya menyelesaikan studi kedokterannya, dan sekarang harus pengabdian di sebuah rumah sakit di Situbondo, dan istri terkasih harus menjenguk Ibu Mertua yang sedang sakit di Tegal, maka jadilah beliau mengisi hari-harinya bersama kami.
Beliau yang keras, tegas, posesif, dan sangat instruksional serta detail dalam memberikan instruksi.
Beliu yang sangat halus perasaannya, yang tak jarang menangis sesenggukan di sela khusyuk sholatnya atau doanya, atau di sela pembicaraan di telepon, atau di tengah asyik beliu bercerita.
Beliau yang sangat peduli dengan kesalahan dan peduli pula membenarkannya.  Beliau yang dengan sebutan ABAH, kami biasa memanggil, dan cucu-cucunya memanggil dengan sebutan AUNG.
Beliau yang telah berhasil mengentas 7 putra-putrinya, dengan bekal ilmu, perhatian, kasih sayang dan didikan kerasnya. Empat orang Guru, seorang pejabat di Telkomsel, seorang Wiraswasta Sukses dan seorang Dokter. Sungguh sesuatu yang membuat orang tua lain ingin memperoleh kebahagiaan seperti ini. Beliau yang sangat menikmati saat-saat menyantap hidangannya.
Beliau yang sangat suka makan dengan sayur yang diberi tambahan vetcin/micin di mangkok sayurnya. Sate, .. tambah vetcin, .. Goreng telur tambah vetcin, ... rawon,.. juga begitu.
Beliau yang tak perlu segan-segan menyampaikan apa yang diingininya pada anak-anaknya. Tidak sedikit orang tua yang sekian kali ditawari sesuatu oleh anaknya dan sekian kali pula menolaknya, walaupun jauh di lubuk hati, mereka kadang menginginkan apa yang ditawarkan kepadanya.
Beliau yang suka mengajar berhitung cucunya yang masih duduk di bangku TK. 3 dikurangi 5 berapa ? Tentu saja cucunya bingung dengan pertanyaan dari Aungnya. Wedangnya 3, Tamunya 5. Wedangnya pas apa kurang ? Kurang nya berapa ? Begitu beliau membuat analogi, .. dan akhirnya sang cucu pun berhasil menjawab pertanyaan Aung nya.
Beliau yang seringkali dan hampir bisa dipastikan, mengakhiri pembicaraan telepon, meskipun beliau dalam posisi ditelepon.
Ya, ... beliau yang dengan segala keluar biasaan dan keluar kebiasaannya itu, .. Beliau mertua tercinta saya, Alhamdulillah, ... Allah memberikan kesempatan kepada kami, khususnya istri saya, untuk berbakti dan berkhidmat kepada beliau. Untuk menerapkan Birrul Walidain kami. Betapa istri saya sangat cekatan, telaten dan penuh ta'zim melayani beliau. Tak pernah ada kata "tidak" keluar dari lisannya. "Nggih Bah, ... Iya Bah ... " Begitu yang selalu saya dengar. Yang terkadang seringkali membuat jeles hati ini. "Aku suaminya, tentu lebih layak, lebih harus, dan lebih bisa mendapatkan yang lebih dari itu. Karena sesungguhnya itulah konsep yang diajarkan Islam", begitulah bisik hati kecil ini bila rasa jeles itu hadir.
Dan hal luar biasa yang menyentuh hati ini adalah ... Betapa selama ini beliau yang tidak pernah jauh berpisah dengan Ibu Mertua, Istri tercinta dan setia, dari perhatian, pelayanan dan khidmatnya, .. namun ketika harus berpisah cukup lama, ternyata beliau mampu dan tak pernah kulihat ada keluh kesah tentang ini. Jika saya bandingkan, .. ketika baru saja beberapa puluh menit saja saya ditinggal istri ke rumah kakaknya yang berjarak 3 rumah dari rumah kami, .. begitu istri pulang, dengan muka tak berkenan lidah ini menyambut dengan pertanyaan .. "Koq lama sich ... nggak pulang-pulang !?" Tak jarang pula saya menyuruh si kecil untuk menyusul agar ibunya cepat pulang.
Malam-malam yang kami lalui, .. ada warna lain di rumah kami. Tiap malam kami dengar suara tangis sesenggukan di mushola rumah kami, tempat beliau mengisi malam-malamnya dengan tahajud. Tangis sesenggukan di sela desahan nafas melantunkan asma Sang Khaliq, Allah SWT, ... Allah .... Allah .... Allah ....
Tak jarang di pagi hari sembari ngunjuk wedang ( minum kopi susu ) beliau tiba-tiba menangis sambil menyebut Allah ... Allah ... Subhanallah ... Atau tiap melangkahkan kaki yang seolah telah terasa berat bagi kakinya yang mulai lemah menahan berat tubuh beliau. Beliau tumpu kan beban berat itu pada Allah, seperti memohon pada Allah kekuatan, .. dengan lantunan "Ya .. Allah ... " nya yang khas.
Seringkali kali pula kami dengar, saat beliau tidur, ya betul-betul sedang tidur beliau saat itu, .. Beliau menggumamkan bahkan terkadang seperti berteriak, .. menyuarakan lafadz Allah ... Allah ... Sungguh hati, jiwa dan perasaan ini menjadi tersentuh, .. Mata pun tak terasa meluruhkan airnya .. satu hal yang saya merasa sangat sulit mengalaminya. Dan saya pun ikut menangis, walau tak sampai sesenggukan.
Betul-betul hati ini sangat iri. Iri ingin memiliki kemampuan merasakan dekatnya dengan Allah, .. takutnya jauh dari Allah ... seperti yang dimiliki oleh beliau.
Ya Allah ... semoga Engkau beri kami hati yang selalu ingat akan Engkau, kapan pun, di mana pun, .. Takut akan jauh dari engkau, .. tanpa harus menunggu masa tua dulu, .. Karena sejatinya kami semua pun tak kan pernah tahu, .. apakah sampai masa itu, bagi kami ....

0 komentar:

Posting Komentar

Slide

Picture Talk More Slideshow: Anang’s trip to Kabupaten Nganjuk (near Kediri), Java, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Kediri slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.
Anang Dwijo Suryanto. Diberdayakan oleh Blogger.

 
Powered by Blogger