free counters


My site is worth $2022.1.
Berapa harga Blog/Web Anda?

WHO KNOWS, WHO IS ACTUALLY THE GREAT AND THE MOST TERRORIST IN THE WORLD ?

Kamis, 22 Desember 2011

Kejujuran Seorang "Bakul Jenang"

       Pagi itu si kecil "Hauzan" usai subuh di masjid, mengajak jalan-2 "Nggak usah pake sandal Yah, .. !" katanya, .. "Biar sehat .." Berdua kami pun jalan berkeliling kompleks perumahan. Sesekali terdengar jerit si kecil Hauzan, ketika kakinya yang sebenarnya sudah sangat hati-2 memilih jalan yang halus, menginjak batu kerikil yang lancip. Sesekali juga kami matikan lampu PJ yang tak jarang sampai siang hari tidak ada yang mematikan. Sdah menjadi suatu yang umum di mana lampu penerangan jalan dipasang sendiri oleh warga masyarakat. Ketika lampu yang dipasang untuk menerangi jalan arus listriknya diambilkan dari rumah warga, mungkin tidak menjadi masalah, dan tidak begitu menimbulkan resiko. Demikian juga dengan pemadamannya. Jika sumber listrik diambil dari rumah warga, maka lampu segera dimatikan ketika pagi sudah mulai menjelang terang. Namun kebanyakan di beberapa tempat, warga masyarakat memasang LPJ (lampu penerangan jalan) secara mandiri dan mengambil sumber listrik langsung dari PLN. Selain tidak rapi, semrawut, hal ini jga cukup beresiko, karena mungkin beban di suatu tempat akan melebihi dari yang sudah ditentukan oleh PLN. Akibatnya travo bisa meledak. Efek lain adalah kemubadziran. Karena menganggap listrik gratis, maka ada kecenderungan untuk abai segera mematikan lampu saat hari mulai terang. Atau kadang menyalakan lampunya ketika hari masih sangat sore dan terang. Ini semua adalah kemubadziran.
       Nah, ... ketika tiba di suatu tempat di tepi perempatan jalan, tempat si Mbah Penjual Jenang menggelar dagangannya, si kecil Hauzan minta dibelikan. Karena tidak membawa uang, akhirnya si kecil saya suruh beli sendiri, setelah tiba di rumah. Beli dua bungkus Rp. 2000.  
       Namun ketika kembali, dia hanya membawa 1 bungkus. Negative thinking sempat terlintas juga terhadap Si Mbah. Sampai ketika kami bertiga, saya dengan  kedua anak saya berangkat sekolah dan melewati jalan tempat Si Mbah Penjual Jenang, beliau telah berdiri di pinggir jalan sambil berteriak-teriak memanggil kami,.. memohon maaf, telah melakukan kesalahan transaksi jual beli dengan Hauzan anak kami tadi, ... dan bermaksud mengembalikan uang Rp. 1000 kepada kami. Berulangkali beliau minta maaf atas kesalahannya ini sambil bertutur cerita bahwa telah sepagian ini beliau bertanya pada orang-orang yang lewat, tentang siapa kami dan di mana rumah kami.
        Ya Allah, ... satu pelajaran berharga telah Engkau berikan kepada kami, ... Pelajaran akhlak mulia, ... pendidikan karakter yang selama ini gencar digemborkan dengan backing dana bermilyard, .. namun sangat miskin contoh dan keteladanan. Pelajaran dari Mbah Penjual Jenang ... tentang KEJUJURAN, .. yang sudah menjadi komoditi langka dan mahal di negeri ini.
       Nggak percaya ?! Lihat saja kasus-kasus yang menjerat para pejabat negeri ini. Dengar juga pernyataan-2 mereka yang sarat akan kedustaan dan kebohongan yang dibungkus rapi dengan kertas emas "lupa", ... Simak juga fenomena-2 ketidakjujuran di berbagai lini kehidupan saat ini, .. Kesemuanya ditumpukan pembenarannya pada "kesalahan sistem", .. "sistemnya memang sudah begini, lha terus gimana lagi ... ?"

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Subhanallah,,emang bener kalo ada yang bilang bahwa nilai sebuah kejujuran tidak dapat dibeli dengan limpahan materi.dan itu dibuktikan oleh si Mbah penjual jenang.

Posting Komentar

Slide

Picture Talk More Slideshow: Anang’s trip to Kabupaten Nganjuk (near Kediri), Java, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Kediri slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.
Anang Dwijo Suryanto. Diberdayakan oleh Blogger.

 
Powered by Blogger