Begitupun dengan lembaga-lembaga pendidikan yang beberapa minggu terakhir ini sangat disibukkan dengan persiapan jelang Ujian Nasional, terutama dalam hal persiapan nilai. Sebagaimana telah dibahas dalam artikel sebelumnya ( ketegasan itu, saham 40% untuk kelulusan, Kurs Nilai Ujian yang makin). Niat mulia yang terkemas dalam membantu siswa, yang sebagian pihak menyandarkannya pada niat ibadah karena Allah ta'ala, membantu siswa lulus dalam Ujian ... yang karena formula kelulusan tahun ini memberikan kesempatan 40% bagi pihak sekolah, maka pihak mereka pun tak men-sia-siakan peluang ini. Salah satunya dengan me"mark-up" nilai. Nilai Sekolah yang di sebagian daerah diadopsi dari Nilai Ujian Sekolah yang mempunyai porsi 60% dari Nilai Sekolah (yang 40% Nilai Rata-rata Raport Semester 1-5) merupakan salah satu titik peluang dalam membantu siswa, yang pada akhirnya menjadi sasaran bidik yang sangat baik untuk membantu siswa memiliki cadangan nilai yang berada pada batas ambang "aman" ketika nanti harus dipadu dan diolah dengan nilai Ujian Nasional.
Tak pelak sekolah-sekolah memberikan nilai yang sangat bagus pada siswa jauh melampaui KKM dan sekaligus melampaui kemampuan siswa yang sebenarnya, dalam Nilai Ujian Sekolah, baik Ujian Praktik ataupun Ujian Tulis. Masalah yang muncul setelah proses itu dilakukan dengan sukses adalah ... kecemasan, .. kekhawatiran ... Ya ... kecemasan jika nanti ada semacam uji petik yang akan mengkroscek secara detil proses dan prosedur penentuan penilaian. Kecemasan dan kekhawatiran yang mungkin juga sangat berlebihan dan belum tentu terbukti ini, akhirnya membawa pada langkah-langkah yang kadang irasional, tidak logis dan sekaligus menggelikan .. Yakni merubah jawaban di Lembar Jawaban siswa yang telah dikoreksi baik dengan sistem penggkodean dan silang ataupun tidak, dengan kecocokan nilai yang telah diberikan kepada siswa. Nah lho ... gimana kalo sudah begini ... ? Sandiwara apa lagi ini ... ?
0 komentar:
Posting Komentar