“….. ditumpakne kereta
jawa, roda papat rupa manungsa … rupa manungsa … dilebokne neng omah guwa,
tanpa lawang tanpa cendela …… “ Waktu kami kanak-kanak lirik pujian seperti itu seringkali kami
dengarkan dari surau dekat rumah. Dilantunkan oleh seorang tua dengan
suara yang khas, parau. Satu pujian setelah adzan dan menjelang iqomat. Yang
membuat hati ini seperti tersayat, tersentuh, tiap kali mendengarnya … gambaran
bahwa ketika kita nanti mati .. maka kita akan dibawa ke kuburan, dengan
diusung di atas KERETO PANDHOSA, untuk kemudian kita di kuburkan menyusul saudara-saudara
kita yang telah meninggal dunia.
Ya … seperti yang saat
ini dialami tetangga depan rumah kami. Setelah mengidap sakit lever yang cukup
lama dan parah, … seorang Bapak dari seorang istri dan tiga orang anak yang
masih kecil-kecil.
Sore itu selepas ashar,
kami berniat tidur, karena merasa penat dan mengantuk. Tiba-tiba seseorang
mengetuk pintu, memohon agar kami membacakan Surat Yasin bagi tetangga kami
yang sakit, dan yang kali ini kelihatan parah menurut penuturan istrinya. Kami
pun datang ke sana.
Melihat kondisinya, kami sangat kasihan. Beliau kelihatan tersiksa, meregang menahan
sakit di bagian perutnya. Kesadarannya berkurang, hingga tak lagi
bisa diajak berkomunikasi. Kami pun lalu membacakan Surat Yasin bersama-sama.
Dokter dipanggil untuk memberikan pengecekan, apakah sebaiknya Bapak tadi di
dibawa ke rumah sakit atau cukup dirawat. Dokter menyarankan bahwa sebaiknya
tidak perlu dibawa ke rumah sakit, mengingat detak nadi yang sudah sangat
melemah, serta fungsi organ-organ tubuh lain yang semakin menurun.
Sekitar jam 1 dini
hari, seorang mengabarkan bahwa tetangga kami telah meninggal dunia …
Innalillahi wa innalillahi roji’un .. semua berpulang kepada Zat Yang Maha
Memiliki segalanya. Dalam hati berpikir, saat ini waktu bagi dia, .. lalu
kapankah waktu itu datang menghampiri kami … ? Reflek hati mendesah, bibir
mengucap “Ya Allah … jika waktu kematian itu datang pada kami, … kumohon
kepadaMu Ya Allah … semoga Engkau matikan kami dalam keadaan Islam, dalam
keadaan beriman kepada Mu, dan dalam keadaan Khusnul Khotimah. Semoga Engkau
permudah maut bagi kami Ya Allah ….. Semoga Engkau beri kami kekuatan iman, …
agar di akhir hayat kami nanti, … kami bisa mengucapkan kalimat Toyyibah .. Laa
ilaahaillallah …
Sempat kami lihat ketika jenazah dimandikan sekitar jam setengah tiga
dinihari. Tubuh yang kurus, mata yang cekung … disiram dan dimandikan oleh
istrinya dengan ketenangan dan ketabahan yang luar biasa …. Dan hati ini pun
semakin trenyuh …
Iring-iringan jenazah
berangkat dari rumah duka sekitar jam 08.30 … Kereta Pandhosa yang rodanya tak
lagi roda manungso itupun berjalan dengan tenang … diikuti para penta’ziah,
sanak dan saudara. Selamat jalan saudaraku … semoga semasa hidupmu telah sempat
engkau mengampuni kesalahan dan dosaku kepadamu. Kamipun suatu saat nanti pasti
menyusulmu. Dan semoga … Allah memberikan kekuatan kepada kita … untuk bersiap
diri dan mengumpulkan bekal sebanyak banyaknya … jika waktu itu telah tiba …
Waktu ketika malaikat Isra’il mencabut nyawa kita … memisahkan jiwa … dari raga
kita.
0 komentar:
Posting Komentar