![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNwJDV9gNeBNOvHso-6gLor4wkJYbavGZnoeWTwFS_g99AGLrUexvrAxMLzrExjFA7UG23ZqrK4Y2sk3Oeqs745p9jttYLtJYiy5Vkbq_eOI0eEJAb5FEuBj4GSFc9uFv7DJy_L2892JW-/s200/Pak+Anang+LDKS+2.jpg)
tetapi juga lebih karena gajinya yang wow … keren .. ! Awalnya profesi Guru bukanlah profesi yang menjanjikan, menggiurkan serta banyak diminati, terutama oleh anak-anak muda. Waktu itu jarang ada anak yang bercita-cita menjadi Guru. Ketika suatu ketika sepulang kuliah ada pertanyaan kepada saya “Kuliah dimana ... ? Lalu saya jawab di IKIP (Sekolah Guru) maka Ibu-ibu yang bertanya tadi berteriak dengan sangat kaget bernada meremehkan. Katanya, ”Hah ! IKIP ? Sekolah Guru ? Itulah gambaran profesi Guru waktu itu. Dan memang tak banyak Guru yang kaya raya dari hasil mengajarnya. Sehingga tak sedikit Guru waktu itu yang harus nyambi kerja lainnya, sebagai tukang ojek misalnya. Namun seiring perkembangan jaman dan perhatian serta penghargaan terhadap profesi ini, menjadikan pekerjaan Guru sebagai pekerjaan yang sangat diminati, salah atunya karena gajinya yang cukup tinggi. Terlebih dengan adanya sertifikasi Guru. Yaitu Guru yang mendapat sertifikat sebagai Guru Profesional dan mendapat tunjangan gaji sebesar gaji pokoknya. Berarti gajinya hampir 2 kali lipat Luar biasa bukan .. ? Tentu saja untuk menjadi Guru Profesional harus melalui seleksi dan memenuhi syarat-syaratnya. Dan sesuai dengan namanya, PROFESIONAL, maka guru yang sudah profesional ini akan dan harus lain dari pada guru yang lain. Baik dari cara mengajarnya, semangat atau etos kerjanya, dan kedisiplinannya. Dia akan menjadi Guru yang disiplin dalam mengajar, hampir tidak pernah terlambat masuk kelas atau meninggalkan tugas mengajar tanpa pemberitahuan dan memberikan tugas kepada siswanya. Cara mengajarnya pun juga tidak seperti Guru-guru yang belum profesional. Menarik, mudah dimengerti, sabar, charming, menggunakan berbagai media dan metode pembelajaran. Nah ... di SMP kita ini Bapak Ibu Guru yang sudah profesional baru ada 3 (tiga) orang yakni, Pak Djoko, Bu Lawi, Pak Parji, sedangkan enam Guru lain yakni Pak Anang, Pak Agus, Pak Edy, Bu Narni, Bu Karni, Bu Any dan Bu Zuyinah sudah melewati proses menjadi Guru Profesional, dengan telah lulus Pelatihan. Sementara Pak Ody, Bu Subiatun, Bu Sukarti dan Pak Trimawan terjaring sebagai bakal calon tahun ini. Coba kalau kalian amati, Insya Allah beliau beliau ini adalah sosok guru Profesional yang lain dari guru yang lain, seperti digambarkan di atas. Semoga Bapak Ibu Guru yang lain segera menyusul. Anak-anak ku, .. percaya nggak kalian, bahwa untuk bisa menjadi seorang Pegawai khususnya Guru, tidak sedikit yang mau mengeluarkan uang banyak. Desas-desusnya dalam seleksi penerimaan pegawai dan Guru tahun kemarin, ada yang mau sampai harus membayar Rp. 200.000.000 (Dua Ratus Juta Rupiah). Fantastik bukan ? Nah yang ini namanya Riswa, menyuap atau menyogok. Agama Islam jelas-jelas melarangnya. Tak sedikit mereka yang rela menjual sawah atau harta benda lainnya. Meskipun tak sedikit juga yang akhirnya tertipu. Terakkhir ... di hari Guru tanggal 25 Nopember ini, kami mohon doa kalian semua anak-anakku. Semoga kami, Bapak Ibu Guru kalian ... bisa menjadi Guru yang penuh syukur nikmat ... yang menjiwai dan mencintai pekerjaannya. Agar menjadi guru itu betul-betul Gue banget gitu lho .... Sehingga ketika meninggalkan tugas yang utama dan mulia ini … ada rasa tidak nyaman dan beban. Merasa kehilangan sesuatu yang sangat besar dan berharga. Agar ketika bel pelajaran berbunyi, … ada getaran yang memaksa magito-gito, terburu-buru, ketergesaan, ada dorongan kuat untuk segera masuk ke kelas. Tidak mau kehilangan waktu sedikitpun dari jam mengajarnya, untuk hal-hal tidak penting dan atau ngobrol tak menentu. .. agar memiliki tanggung jawab besar … bukan pada atasan atau Kepala Sekolah, … tapi pada zat yang Maha Pemberi Rizki, Allah SWT. Yang telah melimpahkan karunia dan nikmat-Nya, berupa Menjadi Guru. Bahwa semuanya nanti akan dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya. Selamat hari Guru, semoga tetap dan lebih Semangat .... !
(Taken from : Majalah Jendela "BK Peduli Siswa")
0 komentar:
Posting Komentar